SIGOTAKA

Handi Yawan
Chapter #3

Menemukan Sumber Masalah

Pratama seorang pria tinggi dan badan cukup berisi. Kulitnya bersih. Rambut dan kumisnya sudah ada uban.

Dia masih mengenakan baju hangatnya karena di ruangan ini ada AC. Semua ruangan di gedung ber-AC.


Di depan meja kerjanya sendiri, Tama meletakan tas selempang di atas kursi lalu membuka isi tas.

Dia ambil kotak bekal makan siang lalu ditaruh di dalam bufet yang letaknya di belakang meja kerja.

Kemudian dia letakan tasnya di atas bufet.


Lalu Tama menyalakan tombol On laptop.

Pada waktu itu satu persatu teman kerja shif pagi berdatangan dan saling menyapa.

Kemudian Pratama mengambil cangkir gelasnya sendiri dan menaruh tutupnya di atas meja lalu pergi ke pojok tempat dispenser berada.


Dispenser itu lampu-lampunya selalu dalam keadaan menyala menunjukan pilihan air panas tersedia.

Lalu Pratama membuka pintu lemari kecil di bawah galon dispenser.


Di tempat itu diletakan berbagai macam kopi. Ada kopi hitam bubuk, ada kopi saset, ada gula pasir dan ada pula teh celup.

Tama milih menyendok kopi hitam bubuk satu sendok lalu menuangkan ke dalam gelasnya dan menambahkan 2 sendok gula pasir.


Kemudian dia tutup kembali lemari lalu menuangkan air panas.

Ketika air panas menyeduh kopi, harum kopi bubuk tercium membuat Tama menghirup udara untuk mengisi paru-parunya.


Air kopi belum dicicip tetapi baru mencium aromanya saja telah menggugah selera.

Tetapi Tama harus buru-buru mengocek kopinya sebab yang lain menunggu giliran.


Selesai mengocek, Tama letakan sendok di atas mangkuk di atas meja yang letaknya samping dispenser. Lalu dia kembali ke meja kerjanya.

Di sana dia duduk lalu mereguk kopi sedikit demi sedikit lalu menelannya penuh kenikmatan.


Ahh... Gumamnya menikmati tegukan kopi yang memberi kehangatan pada tubuhnya dalam cuaca dingin di ruangan.

Setelah meminum kopi beberapa teguk, Tama menaruh cangkir kopi lalu mengambil tumpukan kertas yang diletakan di atas rak.


Pratama adalah salah satu manajer PPIC dan rutinitasnya menyalin laporan-laporan hasil produksi pada kertas-kertas itu.

Pada kertas itu tercatat hasil produksi setiap mesin yang digunakan hari berjalan.

Lalu catatan itu dia salin ke tabelnya sendiri di laptop.


Setelah semua catatan di kertas-kertas disalin, Tama memperhatikan hasil kerjanya.

Beberapa saat dia memandangi angka-angka di layar monitor dengan seksama.


Lalu pada momen itu Tama mendapat sesuatu yang serius. Kemudian dia mengambil sebuah folder map dan mencari sebuah halaman SPK. Lalu membandingkan data di SPK dengan data di layar monitor.

Rupanya Tama menemukan perbedaan. Lalu dia letakan map di atas meja kecil di sebelahnya.


Dia sempatkan ambil cangkir kopi lalu meneguknya kembali.

Beberapa saat setelah beberapa kali tegukan dia letakan kembali cangkir kopi yang isinya tinggal setengah.


Lalu Tama menekan tombol angka-angka interkom.

Tidak lama kemudian diujung sambungan ada yang mengangkat.


"Halo, dengan siapa nih?" Tanya Tama.


"Pagi Pak, ini Sopiah ..." Sahut orang di sana.


"Sopi, ada Pak Wawan?" Tanya Tama.


"Nggak ada Pak, lagi keliling," jawab Sopiah.


"Pi, aku mau tanya," ujar Tama. "Kenapa mesin no.11 kok bahannya diganti?"


"Kata Pak Wawan bahan polyfoar dipending dulu, ganti dengan polymeer ..."


Tama menyela. "Iya makanya aku tanya, kenapa diganti?"


"Itu kata Pak Wawan..."

Lihat selengkapnya