Dalam sebuah kabin mewah, Hartono duduk dan dengan leluasa mengakses informasi pada tabletnya.
Manajemen di pesawat melarang menggunakan selular dan sebagai gantinya disediakan Wi-Fi untuk semua penumpang.
2 orang asisten pria duduk di deretan kursi yang berada agak jauh dari kursi Hartono. Mereka sibuk pula mengakses informasi dari laptop masing-masing. Sedangkan Lydia duduk di samping dan selalu siaga menerima tugas.
Pada saat itu pintu terbuka dan dua orang staf kabin masuk. Staf kabin yang pria mendorong troli.
Sedangkan staf kabin perempuan menawarkan beberapa jenis minuman yang diracik di tempat itu.
Rudi dan Yoseph meminta cocktail sedangkan Hartono menolak minum.
Sementara itu Lydia meminta jus buah alpukat.
Hartono menolak cocktail yang ditawarkan oleh staf kabin.
Dia merasa tidak enak badan dan perutnya begitu juga.
Bahkan sesekali Hartono mengelus-elus belakang lehernya.
Semua asistennya tahu sang Bos sedang dalam masalah.
Lydia maklum masalah yang sedang dihadapi bosnya cukup berat.
"Bapak sakit?" Tanya Lydia dengan lembut. "Mau saya bawakan obat sakit kepala?"
"Bolehlah, tapi taruh saja dulu, nanti minum obatnya."
Lalu Lydia membatalkan mengambil obat dari tas yang diletakan di atas bufet.
"Minta air mineral satu," ujar Lydia kepada staf kabin.
Air mineral disiapkan bila Hartono meminum obat.
Staf kabin tersenyum lalu mengambil satu botol dari beberapa botol yang diletakan di rak bawah troli.
"Mau sekalian saya bukakan botolnya, Pak?" Tanya staf kabin.
Dengan senang hati Hartono membolehkan.
Setelah memuntir tutup botol hingga patah, air mineral dalam kemasan botol beling ditaruh di meja kecil yang terletak di samping Hartono.
Selesai memberikan pelayanan, kedua staf kabin pergi ke luar.
Ketika itu Hartono sedang memperhatikan tabel-tabel di tablet. Tiba-tiba di layar muncul sebuah video sebagai pop up.
Hartono melihat sebuah live streaming dan dia menjadi terkejut karena mengenali tempat yang ditampilkan dalam video itu.
Tempat itu adalah halaman rumahnya di jakarta.
Lalu tayangan berpindah ke ruang keluarga.
Di ruangan keluarga tampak istrinya dan dua anak-anaknya yang masih bocah sedang menonton televisi.
Tayangan itu sepertinya diambil lewat cctv di rumah, tapi bagaimana bisa, pikir Hartono?
Tiba-tiba Hartono terkejut melihat ada beberapa orang memasuki rumah tanpa diketahui orang-orang di dalam. Bahkan kelihatannya alarm tidak berfungsi!
Cuaca malam hari sempurna menyembunyikan pergerakan para penyusup memasuki Halaman rumah tanpa seorangpun tahu. Para penyusup mengenakan pakaian serba gelap.
Kemudian satu persatu para sekuriti mati di tempat ditembak senjata api.
Ini serangan!
Semua dilakukan senyap dan hanya kelihatan nyala senjata api berperedam ketika ditembakan.
Wajah Hartono sudah pucat.
Ketiga asistennya tidak curiga karena terlihat Hartono biasa saja penuh perhatian kepada tablet di tangan.
Bergegas Hartono mengubungi nomor istrinya. Tetapi lama tidak diangkat juga. Begitupun nomor anak-anaknya yang duduk di samping mamanya.