SIGRAH

metanoia
Chapter #1

Satu

🎶Pamungkas - Jejak🎶

Sejatinya, bukan tabiat Akash sekali untuk berbiasa bangun pagi. Namun, pengecualian untuk hari ini. Pria itu menyalakan DVD dan menyetel musik mengentak-entak sebagai teman supaya tidak jenuh bersih-bersih. Mulai dari menyapu, membenahi keadaan ruang sepetak yang berantakan dan timbul bau apak, hingga mencuci piring pun menjerang air untuk minum kopi.

Sejenak Akash meregangkan otot-ototnya sebelum mengambil langkah besar-besar ke satu-satunya kamar yang tersedia di rumah. Ruang itu sumpek. Cuma dapat memuat sebatang kasur yang keras, lemari pakaian berbahan dasar kayu yang kian hari kian dijajaki rayap, serta sebuah meja penuh akan buku-buku milik bocah yang tinggal bersamanya.

"IBAY! WAKE UP, IBAY." Akash berteriak heboh di ambang pintu. "Otousan lo udah kayak emak-emak, nih!"

Tidak ada sahutan. Sigrah masih mendengkur halus, seakan tidak terusik sedikit pun atas setiap kegaduhan yang Akash timbulkan.

Akash berdecak. Tiba-tiba, sebuah ide untuk membangunkan anak itu terbesit. Dengan penuh kehati-hatian, serta memangkas jarak penuh perhitungan, secepat kilat Akash mencium pipi kanan Sigrah dan sengaja melepaskan suara "muah" yang dilebih-lebihkan.

"AKASH!!!"

Pria tiga puluh empat tahun itu sigap menarik diri menjauh. Bak tidak terjadi apa-apa, Akash kembali berdiri menjulang di ambang pintu dengan kedua tangan yang bersedekap. Berlagak tegas dan berwibawa lewat dehaman. "Ya, Bayanaka? Sudah bangun?"

"Sialan." Sigrah mengumpat. Bersama kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Sigrah terpaksa mengambil posisi menjadi duduk dan mengusap-usap pipinya. "Lo menggelikan, sumpah!"

Bibir Akash berkedut menahan tawa. "Apa sih, Bay? Sok najis banget. Anak jaman sekarang, ya, giliran dikecup ama cewek kagak nolak. Sementara bokap ndiri sesekali malah disumpah serapah. Hah, parah."

"Udah nggak punya stok perempuan yang mau diajak begituan?" Sigrah melempar pertanyaan yang mengandung sindiran. Sekarang, ia sudah benar-benar beranjak dari kasur dan siap melewati Akash tanpa permisi.

"Astaga, Ibay... udah lama gue vacum of power masalah nafsu dan perempuan. Elo tuh, ya, nuding gue nggak pernah ada keren-kerennya sama sekali." Akash melakukan sederet pembelaan terhadap diri sendiri. Mengekori Sigrah hingga remaja itu berhenti dan berbalik.

Sigrah sempat menyapu pandangan. Meniti satu per satu sesuatu yang rasa-rasanya tabu seorang Akash Gandana lakukan di rumah. "Tumben, rajin."

Akash terbahak sebelum menyungging senyum tipis dan kembali terlihat berkarismatik. "Sesekali apresiasiin jerih payah gue bisa nggak sih, Bay?"

Sigrah terkekeh. "Kayak udah ngelakuin banyak hal yang 'wah' aja."

Akash tersedak ludahnya sendiri. Kepalanya menggeleng-geleng pelan sebagai tanda tak habis pikir. Roman sedih yang tertampil itu makin mendramatisir situasi. "Bayanaka, lo ngelukain perasaan gue sebagai Otousan."

"Mau kopi?"

"Kampret." Akash menggerutu. Bayanaka Sigrah memang dilahirkan untuk membuat seorang pria seperti Akash merasa dijungkir-balikkan setiap harinya. "Gimana gue bisa berhenti ngejahilin lo, coba?" sambungnya masih dengan bibir yang belum henti berkomat-kamit. Akash menarik kursi plastik dan mendaratkan bokongnya di sana sembari menunggu Sigrah menyeduh kopi. "Sini, Boy. Ngopi bareng ples ngudut."

Tanpa mengiyakan lewat anggukan atau perkataan, Sigrah menyuguhkan dua cangkir berisikan kopi hitam. Masing-masing dengan sedikit gula. "Apa motivasi lo bangun pagi dan bersih-bersih kali ini? Mana pakai acara nyium pipi gue segala lagi. Hih."

Lihat selengkapnya