Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #2

Bab 2 : Harapan Terakhir

Ren terhuyung-huyung kembali melewati jalan yang telah terbakar hangus, setengah berlari, setengah menyeret tubuhnya ke depan. Telinganya berdenging. Dadanya terasa hampa. Jeritan yang ingin ia lepaskan tidak mau keluar dari tenggorokan.

Rumahku sudah tiada … semuanya lenyap. Kalau masih ada sesuatu yang bisa berdiri, itu hanya kantor pelabuhan. Tempat terakhir … satu-satunya yang bisa jadi pegangan.

Ia berbalik menuju pelabuhan, menuju tempat terakhir yang masih memiliki bentuk di benaknya—Kantor pelabuhan.

Bangunan itu berdiri di tepi sungai, tepat di pinggir jalan utama desa, atapnya kini dipenuhi abu, dinding kayunya retak walaupun masih tegak berdiri. Dermaga di belakangnya terlihat bagaikan neraka—kapal tongkang-tongkang terbalik dan terbakar, peti-peti kargo mengapung seperti mayat di sungai.

Ini ...mengerikan ....

Bisik Ren sambil mendorong pintu depan kantornya. Engsel pintu berderit pelan.

Ketika ia melangkahkan kakinya masuk, ia menembukan bagian dalamnya tidak lebih baik dari keadaan kacau di luar.

Buku-buku laporan berserakan di lantai. Kaca-kaca pecah, tinta-tinta bertumpahan melumuri lembaran manifest dengan noda hitam yang membuatnya jadi tak bisa terbaca lagi. Balok kayu jatuh melintang di atas meja kerjanya menghancurkannya segala yang ada di bawahnya.

Tangannya gemetar saat ia mengambil buku besar yang masih setengah terbakar, halamannya masih cukup utuh untuk digenggam.

Laporan pengiriman Sungai Kaishin. Distrik Loma. Dermaga utara.

Ini menjadi saksi bisu kedamaian terakhir dalam hidupku sebelum semuanya berubah.

Ia meletakkannya kembali ke meja yang penuh dengan puingan.

Langkah kaki berdentum di luar. Suara-suara prajurit meneriakkan perintah. Musuh sekarang menyisir desa, membunuh siapapun yang melawan tanpa ampun.

Ren merangkak ke ruang merangkak ke ruangan belakang, tempat ia menyimpan dokumen perdagangan dan peta darurat. Ia mendorong pintu hingga terbuka.

Lihat selengkapnya