Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #3

Bab 3 : Brickvia Menjawab

Di jantung ibu kota kerajaan, di ruang utama kastil Brickvia, semua yang hadir berdiri dengan cemas. Berita tentang Riverbrick telah jatuh ke tangan Suragato telah sampai ke telinga istana kerajaan. Genderang perang pertama perang telah dibunyikan.

Raja Kazamatsuri Hikusa, penguasa tertinggi Brickvia berdiri di tengah-tengah ruangan, dikelilingi oleh petinggi-petinggi yang paling ia percayai.

"Laporan yang telah kami terima mengonfirmasi bahwa bendera Suragato sekarang berkibar di atas Riverbrick," kata Letnan Jenderal Futaba Watari. Perwira penanggung jawab urusan militer yang bertubuh tinggi dan bermata tajam itu pun melanjutkan. "Pasukan mereka menginvasi tanpa peringatan. Warga sipil dibantai. Ladang dibakar."

Keheningan menyelimuti ruangan tanpa seorang pun yang berbicara.

Raja Hikusa, mengenakan jubah formal kerajaan, menggertakan giginya. Ia bukan orang yang mudah marah. Tapi kali ini merupakan sesuatu yang berbeda.

Yamada Masahiro, kepala ahli strategi kerajaan, membungkuk di seberang meja sebelum angkat bicara. "Mereka tidak menyerang Riverbrick tanpa alasan. Mereka menginginkan sumber daya di sana—tanah yang subur, jalur perdagangan sungai yang stabil, dan pelabuhan yang ramai oleh para pedagang. Ini adalah batu pertama dalam skala invasi yang lebih besar."

"Seberapa besar?" tanya sang raja.

Mata Masahiro menatap tajam. "Jika kita tidak menjawab agresi ini, mereka akan mencapai gerbang Brickvia dalam waktu seminggu. Mungkin kurang."

Bisikan-bisikan segera terdengar samar-samar di antara para petinggi istana. Salah satu penasihat istana menggelengkan kepalanya. "Pasukan kita sudah tersebar di perbatasan terluar. Pasukan barat sudah menjaga perbatasan dengan Kuchiwara."

"Itu sebabnya kita butuh pemimpin yang tegas untuk maju ke garis depan," kata Masahiro.

Sang raja berbalik perlahan. "Siapa yang kau usulkan?"

Jawaban Masahiro seketika. "Letnan Jenderal Inoue Kobayashi."

Beberapa kepala para petinggi istana sontak terangkat.

"Kobayashi ... dia sudah tua!" gumam seorang penasihat kerajaan.

"Tua ... dan berpengalaman," balas Masahiro. "Tenang di bawah tekanan. Tahu cara menang dengan pasukan yang lebih sedikit." Ia melanjutkan.

Lihat selengkapnya