Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #6

Bab 6 : Serangan Balik

Meskipun malam semakin larut, namun Letnan Jenderal Inoue Kobayashi tetap berdiri tegak dengan tatapan tajam di dalam tenda komando Brickvia.

Ren berdiri di sampingnya, informasi yang ia punya membawanya bisa berdiri sejajar di ruangan yang dipenuhi oleh para ahli taktik perang Brickvia.

Ren melanjutkan apa yang ia temukan sambil menunjuk sebuah titik di peta. "Gerobak pasokan logistik mereka mengambil rute ini setiap hari. Aku menghitung ada delapan penjaga per gerobak. Mereka bergerak sebelum datang fajar."

Kolonel Koizumi memandang ke titik di peta yang ditunjuk Ren. "Kau yakin?"

"Ya, mereka pikir tidak akan ada yang mengawasi," kata Ren. "Perhatian mereka terfokus untuk menahan gempuran di garis depan," ia melanjutkan. "Mereka menyangka tidak akan ada serangan dari belakang mereka."

Kobayashi mengangguk perlahan. "Bila kita menyerang garis depan bersamaan dengan pergerakan unit Kiyoshi di garis belakang ...."

Ren melanjutkan kalimat yang terpotong itu, " … Mereka akan panik dan segera menarik pasukan dari garis depan untuk menambal celah di garis belakang. Saat itulah, momentum bagi pasukan Anda membongkar formasi garis depan mereka."

Koizumi mengerutkan kening. "Bagaimana jika mereka tidak menarik pasukan dari garis depan?"

"Mereka pasti melakukannya," kata Ren dengan tegas. "Aku telah mengamati mereka. Mereka bergerak dengan disiplin, tanpa adanya variasi. Jangan ikuti cara main mereka, maka Anda bisa membuat barisan mereka porak-poranda."

Kobayashi berbalik ke ajudannya. "Siapkan tim penyergap. Bukan di bawah unitku, gunakan unit Kapten Maru. Mereka akan bergerak dengan penyamaran sebagai pedagang dan bergabung dengan tim penyergap Kiyoshi di hutan pinus. Tanpa bendera dan tanpa genderang perang."

"Dan kita?" tanya Koizumi.

"Kita bertahan di garis depan untuk saat ini," jawab Kobayashi. "Tidak akan ada tanda-tanda bahwa kita memulai pergerakan. Biarkan Genzou percaya dia adalah target utama kita."

Ia kembali menatap Ren.

"Kau telah melakukan lebih dari apa yang dilakukan oleh sebagian besar perwira di sini. Apa kau masih ingin menjadi bagian dari ini?"

Ren menjawab tegas. "Ya, Jenderal!"

"Aku telah melihat apa yang mereka lakukan pada rumahku, pada keluargaku, itulah mengapa aku berdiri di sini," lanjut Ren.

Kobayashi mengamatinya, lalu meletakkan tangan di bahu Ren.

"Kalau begitu bergegaslah, tunjukan jalan itu kepada kami."

Kegelapan malam mulai memudar di hutan pinus, pertanda hari mulai beranjak menuju pagi. Ren melangkahkan kakinya dengan hati-hati menyusuri perbukitan barat menuju titik vital pasokan logistik Suragato.

Di belakangnya, para prajurit elit Brickvia mengikuti langkahnya. Mereka tidak mengatakan apapun. Mereka merupakan pasukan penyergap yang terbiasa bergerak dalam keheningan, namun kini mempercayakan Ren memimpin jalan di depan sebagai pemandu jalan mereka.

Tiba-tiba Ren mengangkat tangannya.

"Di sini!" ujar Ren sambil berbalik menghadap pasukan elit di belakangnya.

Mereka berhenti di titik yang disebut Ren sebagai rute pasokan logistik Suragato.

Mereka segera bersembunyi di balik pohon dan mengamati situasi. Di depan mereka, sebuah jalan sempit yang masih jelas terlihat bekas-bekas roda yang tertinggal di atas tanah hasil dari gerobak-gerobak barang yang lewat.

Ren berbalik dan bersuara pelan. "Di sinilah titik pengambilan pasokan logistik mereka. Dua penjaga berjalan kaki memimpin rombongan. Tidak lama setelah itu, gerobak akan melewati jalur ini dengan enam prajurit mengawal gerobak. Kita bergerak saat sinyal suar dinyalakan."

Komandan penyergap, Sersan Ginto, mendekat ke sampingnya. "Kau yakin mereka akan lewat sini?"

Ren tidak berkedip. "Aku telah mengamati mereka sejak hari pertama mereka mengambil alih Riverbrick. Rentang waktu yang sama. Rutinitas yang sama. Mereka terlalu percaya diri dengan kedisiplinan mereka."

Ginto mengangkat tangannya memberi isyarat. Enam prajurit segera bergerak ke sisi seberang. Yang lain merunduk ke balik semak-semak dengan tombak dan pedang pendek terhunus.

Ren mengembuskan napas perlahan.

Inilah saatnya..

Bisik Ren.

Setiap langkah yang ia ambil sejak melarikan diri dari Riverbrick mengarahkannya ke momen krusial ini.

Ia berlindung di balik batu besar, suar telah siap di tangan, jantungnya berdegup cepat.

Lihat selengkapnya