Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #7

Bab 7 : Prajurit Baru Kerajaan Brickvia

Perjalanan menuju ibukota kerajaan Brickvia harus ditempuh dengan jalan yang panjang. Ren berjalan sendirian, satu-satunya suara adalah derit sepatunya dan napasnya yang kelelahan. Di belakangnya, Riverbrick hanya tinggal kenangan. Ia telah kehilangan rumahnya, para pasukan Suragato telah menewaskan kedua orangtuanya. Yang tersisa kini hanyalah syal biru langit yang melilit erat di lehernya, syal milik ibunya, yang ia kenakan pada hari terakhir Ren melihatnya.

Ia kini menggenggam syal itu ketika angin dingin berhembus mengiringi langkahnya.

Aku masih berjalan … karena kalian ....

Bisiknya pada syal yang hanya membalas dengan diam.

Tapi syal itu tetap bersamanya dan itu sudah lebih dari cukup.

Ketika tembok gerbang selatan Brickvia akhirnya terlihat, Ren berhenti sejenak memperhatikan pemandangan baru di depannya.

Kastil utama Brickvia sama sekali tidak mirip dengan Riverbrick. Gerobak pedagang melaju melewati gerbang yang terbuka. Para prajurit meneriakkan komando. Derap sepatu prajurit terdengar di mana-mana. Suara palu bersahut-sahutan dari tempaan pandai besi. Ini adalah kota yang dirancang untuk menghadapi perang, bersiap untuk serangan apa pun yang mungkin datang.

Ren menarik napas dalam-dalam dan melangkah maju memasuki gerbang.

Ia melangkah dan matanya tertuju ke sebuah dinding di mana sekelompok orang berkumpul, mata mereka terpaku pada tulisan yang baru saja dipasang.

“Daftar Hari Ini — Dapatkan bayaran, Tempat Tinggal, dan Kehormatan. Brickvia Membutuhkanmu.”

Mata Ren membaca tulisan-tulisan itu. Bagian yang menarik perhatiannya bukanlah kata kehormatan, tapi tempat tinggal dan bayaran.

Ia menyentuh syalnya lagi—peninggalan terakhir ibunya. Ia tak bisa hidup hanya dari memori masa lalu. Ia butuh sesuatu untuk bertahan hidup—tempat tinggal dan pekerjaan.

Di sampingnya, seorang anak yang mungkin setahun lebih muda darinya menatap tulisan yang sama.

“Sepertinya mereka akan menerima siapa saja di masa-masa perang seperti sekarang,” gumam anak itu dengan gugup.

Ren tidam mengatakan apa-apa. Ia melangkah maju menuju meja pendaftaran.

Ketika Ren sampai di sana, petugas mendongak dan menanyakan namanya.

“Nama?”

“Rendo Karibata,” jawab Ren singkat.

Petugas itu tersontak. “Dari Riverbrick?”

Ren mengangguk singkat.

Ekspresi petugas itu mendadak menjadi serius. “Aku… turut berduka.”

Ren mengehela napas. “Aku ke sini untuk mencari pekerjaan bukan untuk dikasihani.”

“Tentu saja,” kata si petugas sambil menulis di kertas dengan cepat. “Kamu akan diproses sebagai rekrutan baru. Makanan, seragam, dan kamar barak disediakan. Orientasi dimulai besok pagi. Dan gajimu akan dibayarkan segera setelah penempatan divisi.”

Ren menandatangani formulir pendaftaran itu dan segera beranjak. Ia tidak mendaftar untuk menjadi seorang pahlawan. Ia mendaftar untuk bertahan hidup.

Saat ia berbalik, sebuah suara memanggilnya.

“Karibata! Kemari!”

Ren membeku.

Suara itu...

Suara Letnan Jenderal Inoue Kobayashi...

Ia berbalik dan menemukan Kobayashi sedang mengamatinya.

“Kau yang dari Riverbrick. Rendo Karibata!” ucap Kobayashi sambil melangkah mendekat.

“Betul Jenderal,” jawab Ren.

“Kau membantu kami memutus jalur pasokan Suragato dan karenamu pula kami bisa melancarkan taktik pincer!”ujar Kobayashi.

Ren mengangguk secukupnya. “Aku hanya melakukan apa yang kupikir akan berhasil.”

Tatapan Kobayashi tak goyah. “Dan itu berhasil! Manuver itu memaksa mereka mundur sepenuhnya dari Riverbrick. Kau memiliki andil kemarin, nak!”

“Sekarang, ikut aku,” lanjut Kobayashi.

Ia membawa Ren melewati koridor istana, melewati penjaga dan perwira yang memberi hormat.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah pintu besar, ruangan utama tempat para petinggi Brickvia berkumpul. Tanpa sepatah kata, Kobayashi membuka pintu.

Di dalamnya berdiri tiga sosok :

Raja Hikusa, penguasa tertinggi Brickvia, matanya melirik tajam ke arah pintu.

Jenderal Yamada Masahiro, kepala strategi perang, mengamati dalam diam.

Letnan Jenderal Futaba Watari, penanggung jawab urusan militer, melipat tangan tak bergerak.

Kobayashi melangkah maju. “Yang mulia sekalian, ini Rendo Karibata, rekrutan baru prajurit Brickvia. Dulunya adalah petugas pencatat perdagangan. Selama invasi Riverbrick kemarin, dia mengusulkan strategi yang memutus jalur pasokan Suragato dan memberi sinyal pada Letnan Kolonel Kiyoshi pada saat yang tepat sehingga musuh dapat dipukul mundur!”

Tatapan Raja Hikusa tertuju pada Ren. “Tanpa pengalaman militer formal namun kau bertindak tepat.”

“Aku hanya ingin membantu agar penduduk desaku tetap bertahan hidup,” jawab Ren.

Masahiro mengangkat alis. “Kalau begitu, apa alasanmu mendaftar sebagai prajurit baru? Patriotisme?”

Ren menjawab tanpa ragu. “Tempat tinggal dan penghasilan, Jenderal!”

Lihat selengkapnya