Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #13

Bab 13 : Negosiasi

Letnan Kolonel Moriyama mengangkat tangannya memberi perintah terakhir kepada para pemanahnya.

"Pemanah, tembak—"

Tapi sebelum anak panah bisa meninggalkan busur mereka—

Syuutt!!!

Seorang pemanah Suragato jatuh tersungkur, sebuah anak panah tertancap di bahunya.

Syuttt!!!! Syuttt!!! Jlebb!!! Jlebbb!!!

Pemanah lain ikut tersungkur.

"Apa!!" mata Moriyama terbelalak.

Dari atas bukit timur yang menghadap kastil, serbuan anak panah menghujani pasukan Suragato di tengah lapangan kastil.

Samar-samar terlihat prajurit yang mengangkat bendera Brickvia mulai berdatangan dari arah timur.

“Serangan musuh—bukan, pasukan Brickvia!” teriak seorang perwira Suragato.

Unit gerak cepat Brickvia telah tiba.

Unit itu segera menyerbu—cepat, fokus, mematikan. Beberapa bergegas merangsek masuk dari gerbang timur, sementara yang lain menghujani anak panah dari atas bukit.

Letnan Saito yang memimpin serangan di gerbang timur membongkar pertahanan Suragato dari arah belakang mereka.

Mata Kurosuke terbelalak.

Ia segera berseru kepada para rekrutan di tengah lapangan kastil.

“Bala bantuan telah tiba! Tahan posisi kalian! kita tidak akan jatuh hari ini!”

Dengan pertahanan sisi timur Suragato porak poranda oleh pasukan Saito, Kurosuke kini tidak ragu mengeluarkan perintah berikutnya.

“Infanteri—maju! Jepit mereka dari dua arah!”

Halaman kastil kini menjelma menjadi pertempuran skala penuh. Infanteri Brickvia mengangkat perisai, pedang dan tombak terhunus. Barisan mereka bergerak maju menjadi formasi penyerangan.

Rekrutan Pemanah di belakang mereka melepaskan anak panah dengan gencar, menargetkan pasukan Suragato yang terjebak di tengah-tengah.

Pasukan Suragato yang tadinya percaya diri kini berusaha untuk merapatkan barisan.

Letnan Saito, menyerbu masuk bersama unit gerak cepat, menghadap Kurosuke di tengah lapangan. Ia memberi hormat singkat.

“Jenderal, Kami datang secepat yang kami bisa. Bala bantuan utama akan menyusul dari istana Brickvia!”

Kurosuke mengangguk,“Bagus! Kita hanya perlu bertahan sampai mereka datang!"

Ekspresi panik tergambar di wajah Moriyama. Rencananya untuk mengubur Kurosuke bersama dengan kastil kini hancur berantakan.

Ia mengangkat tangannya memberi sinyal.

“Bawa unit selatan ke depan! Jangan biarkan mereka mengepung kita!”bentaknya.

Tapi suaranya tenggelam di tengah kekacauan, para prajuritnya nyaris tidak ada yang mematuhi perintahnya, masing-masing berjuang mempertahankan nyawanya masing-masing.

Dari posisinya di atas menara timur, Ren mengamati medan perang di bawahnya, Tiba-tiba dari sudut matanya, ia menangkap kilatan dari atas bukit utara.

Hujan anak panah tiba-tiba menghujani langit dari arah utara.

Mata Ren berbinar.

“Mayor Jenderal Tabrizu!” bisiknya, menyadari unit pemanah elit Brickvia telah tiba.

Dari atas bukit utara, unit bala bantuan utama Brickvia melepaskan serangan gencar tanpa henti ke pasukan Suragato yang terekspos di tengah-tengah lapangan kastil.

Terperangkap di tempat terbuka, para prajurit Moriyama tidak bisa berlindung dari serangan anak panah yang menghujani dari atas mereka.

Kurosuke mendongak ke atas, kelegaan keluar dari bibirnya.

“Tabrizu ... tepat waktu.”

“Mundur! Cari perlindungan! Mundur!”

Moriyama meneriakkan perintah. Tapi tidak ada jalan keluar.

Halaman tengah kastil berubah menjadi zona pembantaian. Pasukan Moriyama terjatuh satu per satu, tertusuk dan tertebas sebelum mereka bisa membalas, terinjak-injak oleh pasukan mereka sendiri dalam kepanikan.

Lihat selengkapnya