Hujan yang mengguyur sejak semalam membawa keuntungan tersendiri bagi pasukan Brickvia. Para jenderal beserta prajuritnya telah berkumpul tidak jauh dari gerbang selatan Kastil Likeland. Jarak pandang yang terbatas tidak disia-siakan pasukan Brickvia untuk bergerak mendekati kastil.
Meski dengan jubah hijau gelapnya yang basah kuyup oleh hujan, Kolonel Koizumi tetap fokus mengamati medan di hadapannya dari balik pepohonan.
“Kita butuh observasi di bukit yang berada sebelah gerbang barat Kastil,” kata Koizumi.
Ia menoleh ke sekelompok pasukan zeni yang berkumpul di dekatnya, “Sersan Takeda Aoi, Aku ingin Kau memimpin tim ke sana!”
Sang sersan melangkah maju. Di sampingnya berdiri Kopral Maeda Mizuhara dan Prajurit Dua Ren Karibata.
Koizumi menunjuk ke arah perbukitan di sebelah gerbang barat. “Hanya bukit itu yang belum terpantau oleh divisi pengintai kita. Takeda, kau bawa mereka berdua. Amati segalanya. Apapun yang Kau temukan di sana, Aku ingin laporan lengkap.”
“Siap, Kolonel!” kata Takeda dengan anggukan,“Kami bergerak segera!”
Ketiga prajurit itu berpisah dari formasi utama, maju ke medan yang basah oleh hujan. Seragam hijau gelap mereka menyatu dengan deretan pohon yang basah kuyup, menciptakan kamuflase bagi pergerakan mereka, menjaga agar tidak terdeteksi oleh pasukan Kuchiwara yang berkumpul di luar gerbang Kastil.
Setelah beberapa saat berjalan menjauhi gerbang barat, mereka tiba di sisi lembah. Di sana, mereka menahan napas melihat apa yang tampak di depan mata mereka.
"Ini ..." gumam Ren dengan mata terbelalak.
"Bendungan Rengakawa ... bendungan tua, Aku tidak menyangka ternyata masih berfungsi," sahut Takeda.
Sebuah bendungan besar menjulang di hadapan mereka. Di balik bendungan, air sungai bergolak dengan ganas akibat hujan badai. Tepat di atas bendungan, sekelompok Prajurit Kuchiwara bersiaga dengan senjata di tangan.
“Prajurit patroli,” gumam Mizuhara, “Mereka tahu betapa vitalnya bendungan itu.”
Ren mengamati aliran sungai di luar bendungan, instingnya langsung bangkit, “Andai saja kita bisa membuka pintu air itu ... Kastil Likeland akan dihantam oleh gelombang air bah. Perang ini mungkin akan berakhir bahkan sebelum dimulai.”
Takeda mengangguk, “Kita harus melaporkan ini kepada Kolonel Koizumi!”
Tanpa berkata-kata, mereka segera berbalik untuk menyampaikan ide brilian itu demi mengubah jalannya perang.
Ketika mereka sampai di dalam tenda komando divisi zeni, Ren melangkah maju, “Kolonel, kami menemukan bendungan Rengakawa di sisi barat gerbang masih berfungsi namun dijaga ketat!"
Koizumi menatap mereka, “Kerja bagus. Aku akan melaporkan hasil temuan Kalian kepada Jenderal Masahiro dan apa yang akan kita lakukan dengan bendungan itu," ujar Koizumi seraya berjalan keluar tenda.
Tidak lama, di dalam tenda komando utama, Kolonel Koizumi membentangkan peta di atas meja. Di sekelilingnya berkumpul para perwira tinggi Brickvia—Kepala Strategi Perang, Jenderal Yamada Masahiro berdiri fokus di belakang meja, sementara Letnan Jenderal Futaba Watari, Letnan Jenderal Ryusuke Suzuki, dan Mayor Jenderal Tabrizu mengamati dalam diam di depannya.
Koizumi menunjuk ke sebuah titik di sebelah barat Kastil Likeland.
“Ini," katanya memulai pembicaraan, "Adalah Bendungan Rengakawa. Terletak di atas Sungai Ergan. Tim Sersan Takeda Aoi mengonfirmasi bendungan itu masih berfungsi dan dijaga, tetapi jarak pandang yang terbatas bisa kita manfaatkan untuk mendekat dan merebut bendungan.”
Masahiro mengangguk, “Rengakawa ... bendungan itu dibangun beberapa generasi yang lalu untuk irigasi dan pengendalian banjir. Jika pintu airnya dibuka atau dihancurkan, air bah akan menerjang langsung ke Kastil Likeland.”
Mata Masahiro menatap air hujan yang turun di luar tenda, “Badai ini,” gumamnya, “Akan Kita gunakan untuk menguasai medan perang.”
Ia menunjuk ke atas peta, “Tujuan kita sederhana: Kastil Likeland harus direbut kembali, dengan utuh. Tanpa kerusakan yang tidak perlu atas infrastrukturnya.”
Ia memandangi satu per satu para komandan di depannya.