Setelah beberapa saat berjalan, pasukan divisi zeni tiba di luar Bendungan Rengakawa. Masing-masing prajurit segera mengambil posisi berlindung di balik pepohonan.
Berada di barisan paling depan, Kolonel Koizumi mengamati prajurit Kuchiwara yang melakukan patroli di sepanjang bendungan.
“Mereka telah mengantisipasi serangan,” gumamnya.
Di sampingnya, Kopral Maeda menambahkan, “Mereka berpatroli dengan ketat. Kemungkinan ada titik buta di sisi barat bendungan tetapi Kita harus merangkak agar tidak terdeteksi.”
Koizumi menoleh, “Kita di sini bukan untuk bertarung. Kita di sini untuk membuka pintu air.”
Kemudian, ia mengeraskan suaranya memberikan perintah, “Bendungan harus dibuka, bukan dihancurkan. Jika Kita merusaknya, Kita akan kehilangan Likeland. Tetapi jika Kita berhasil dalam misi ini, Kita akan melenyapkam pasukan Kuchiwara di luar kastil dalam satu serangan tanpa menyentuh apapun yang ada di dalam gerbang kastil!”
Koizumi kemudian berbalik menatap Maeda dan Ren yang berada tepat di belakangnya, “Maeda, Ren!" sahutnya, "Aku percayakan kepada Kalian berdua untuk melakukan infiltrasi ke ruang kendali bendungan dan membuka pintu air. Aku akan memimpin tim di sini sebagai pengalih perhatian Mereka!" perintahnya.
"Siap, Kolonel!" seru Maeda dan Ren bersamaan.
Ren segera berjongkok rendah di samping Kopral Maeda. Mereka berdua berjalan dengan merunduk rendah di tepi barat bendungan. Permukaannya licin dengan genangan air hujan, dan setiap langkah menuntut konsentrasi penuh.
Jantung Ren berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Jika mereka gagal membuka pintu air, seluruh rencana Masahiro akan berantakan.
Ren berpegangan erat ke dinding berbatu.
Aku harus tetap fokus ....
Sekarang keberhasilan operasi ini ada di pundak Kami berdua ....
Tepat di depannya, Maeda mengangkat dua jari, sinyal untuk siap bergerak.
"Kau siap, Ren?" tanya Maeda.
Ren mengangguk,"Aku siap di belakangmu!"
Seorang penjaga patroli baru saja berbalik. Mereka memiliki momen singkat untuk bergerak tepat di celah titik buta rute patroli.
Sejurus kemudian, beberapa prajurit dari tim Koizumi melesat keluar dari balik pepohonan, sebuah usaha untuk mengalihkan perhatian para penjaga.
"Serangan musuh!" teriak salah seorang penjaga yang langsung menghunuskan pedangnya.
Sejumlah prajurit penjaga lainnya segera berhamburan keluar untuk menghadang tim Koizumi dan hanya meninggalkan dua penjaga tersisa di dalam ruang kendali bendungan.
Koizumi menahan napasnya,"Sekarang bergantung pada Kalian ... Maeda, Ren," gumam Koizumi pelan.
Dari balik tembok bendungan, Mizuhara mengayunkan tangannya, sinyal untuk bergerak maju.
"Maju, Ren!" bisiknya pelan.
Ia segera bergerak maju dengan cepat. Ren mengikuti di belakangnya, napasnya tercekat di tenggorokannya. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke target mereka.
Akhirnya mereka tiba di pintu masuk ruang kendali bendungan. Dari situ mereka mengamati situasi di dalam. Sebuah tuas besar yang terhubung ke pintu air terlihat di tengah ruangan.
“Dua penjaga di dalam. Tidak ada yang lain. Tuas itu kelihatannya bisa digunakan. Itulah target Kita!” bisik Maeda.
Ren mengangguk," Aku siap!" ujar Ren mencoba menenangkan diri.