Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #18

Bab 18 : Strategi Bumihangus

Kolonel Seijuurou Kanbe, perwira komandan pasukan Kuchiwara, berdiri di atas gerbang barat. Matanya terbelalak melihat apa yang ada di hadapannya.

Air bah memporak-porandakan pasukannya yang berada di luar gerbang.

Kanbe mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Ini ... Ini gila!” bisiknya pada dirinya sendiri, “Kita dikhianati oleh alam itu sendiri!”

Di belakangnya, bangunan-bangunan masih berdiri tak tersentuh. Ia memerintahkan pasukannya yang tersisa untuk mejauhi gerbang.

“Mundur! Mundur kembali lebih dalam!” perintahnya.

Dari dalam kastil, Kanbe mengamati setiap gerbang. Pasukannya hanyut tersapu gelombang banjir.

Tiba-tiba ekspresi kekhawatiran di wajahnya berganti menjadi senyuman sinis.

“Brickvia pikir Mereka telah membalikkan keadaan,” gumamnya.

Letnannya mendekat memberikan laporan, “Kolonel ... kerugian Kita di luar sangat parah. Pasukan Mereka mungkin akan segera menembus gerbang!”

Kanbe berbalik, “Bagus. Biarkan saja,” jawabnya sambil berlalu.

"Kolonel?" tanya sang letnan memastikan.

Biarkan mereka berpikir telah sekuat tenaga berupaya menembus gerbang,” katanya tegas," Dan begitu mereka telah berada di dalam ....”

Ia menunjuk jarinya ke titik kastil yang ada di peta.

“Kita eksekusi jebakannya!” ujarnya.

Sang letnan menelan ludah, “Anda berencana membakar mereka di dalam?” tanyanya.

“Jika Brickvia menginginkan Likeland,” kata Kanbe dengan dingin, “Kita buat Mereka hanya mendapatkan abunya. Kota ini tidak akan lagi menjadi pusat perdagangan!”

Ia melangkah kembali ke jendela, menyaksikan bendera Brickvia berkibar di kejauhan.

“Dan saat mereka menyadari apa yang terjadi, api sudah berkobar di mana-mana,” ucapnya dengan sinis.

“Terjunkan tim sabotase! Bergerak sekarang! Begitu Brickvia menerobos, segera mundur! Jangan coba-coba menjadi pahlawan!” serunya meneriakkan perintah.

“Biarkan Mereka percaya Mereka telah menang. Saat itulah Kita bakar Mereka seluruhnya!” lanjutnya dengan tersenyum sinis menatap gerbang yang masih tertutup rapat.

Tidak lama berselang, pasukan Brickvia berhasil mendobrak gerbang, seperti yang telah diprediksi oleh Kanbe.

Ini ... terlalu sepi ....

Apakah pasukan Mereka telah tersapu semuanya di luar?

Gumam Ren dalam hati.

Ia berjalan di belakang Koizumi yang memimpin divisi zeni memasuki gerbang barat. Di sekelilingnya, ia bisa melihat kegelisahan di wajah rekan-rekannya. Keheningan yang tidak wajar, tanpa adanya perlawanan yang serius dari Kuchiwara.

Masahiro, yang tiba tak lama setelahnya, turun dari kudanya dan mengamati sekeliling dengan hati-hati. Ia menarik jubahnya lebih erat, merasakan ada sesuatu yang salah.

“Ini terlalu sepi,” gumam Masahiro, “Ada yang tidak beres.”

Koizumi mengangguk, “Mereka ... seperti mempersilahkan Kita untuk masuk lebih jauh ke dalam.”

Watari, komandan yang paling pertama menembus gerbang juga melaporkan hal yang sama.

“Tidak ada satu pun anak panah yang ditembakkan ketika Aku masuk. Kami berhasil masuk tanpa perlawanan,” ujarnya sambil berjalan mendekati mereka berdua.

Masahiro menggertakan giginya, “Ini tidak masuk akal. Ini jebakan. Mereka ingin Kita bergerak lebih dalam!”

Para komandan saling bertukar pandang, kecurigaan mereka semakin besar.

“Koizumi,” Masahiro memanggil dengan tegas, “Aku butuh pasukan zeni menemukan gudang senjata. Kita tidak tau apa yang sedang Mereka rencanakan.”

"Siap, Jenderal!" jawab Koizumi tanpa ragu-ragu.

Koizumi segera berbalik dan memanggil beberapa prajuritnya, “Sersan Takeda, Prajurit Dua Nishiyama, prajurit Dua Ren! Temukan gudang senjata dan segera lapor apapun yang Kalian temui!”

"Laksanakan!" jawab mereka bertiga serempak.

Takeda, Nishiyama, dan Ren berlari menyusuri gang-gang di antara rumah penduduk yang tertutup rapat. Beberapa penghuni rumah mengamati mereka dari balik jendela sambil bersembunyi.

Tidak lama, mereka akhirnya menemukan sebuah bangunan besar jauh dari jalan utama yang tampaknya digunakan sebagai lokasi penyimpanan senjata.

"Hanya ini yang pintunya terbuka, sepertinya Mereka pergi dengan terburu-buru!" ujar Nishiyama.

"Atau Mereka memang sengaja menyuruh Kita untuk masuk?" lanjut Ren penuh curiga.

"Apapun itu, tetap waspada dan hati-hati!" perintah Takeda memberi isyarat agar mereka tetap waspada.

Ketika mereka melangkah masuk ke dalam, mereka melihat peti-peti senjata ditumpuk rapi. Namun, bau minyak dan belerang yang menyengat langsung menusuk hidung mereka.

Bau ini ....

Mengapa menyimpan belerang di dalam gudang persenjataan?

Pikir Ren.

Setelah memeriksa sekilas kondisi di dalam gudang, mereka bergergas kembali ke tempat Koizumi menunggu.

“Lapor,” ujar Koizumi saat mereka bertiga tiba di hadapannya.

“Gudang berisi persenjataan ditemukan! Tidak ada satu pun prajurit musuh, tetapi tempat itu tercium bau minyak dan belerang yang sangat menyengat. Saya curiga Mereka berencana untuk membakarnya begitu Kita masuk terlalu jauh!” ucap Takeda memberikan laporan.

Ekspresi Koizumi menjadi serius, “Strategi bumihangus. Sungguh cerdik ....”

Lihat selengkapnya