Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #19

Bab 19 : Duel Dua Komandan

Kolonel Seijuurou Kanbe berdiri di dekat jendela yang menghadap ke kota di bawahnya. Ekspresi kegeraman tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.

Seorang perwira muda menghampirinya.

“Kolonel! pasukan Brickvia telah mengambil alih kota di luar kastil. Unit sabotase Kita dihentikan!” lapornya.

Kanbe tidak berbalik, “Dan warga sipil?” tanyanya.

“Mereka tidak terluka, Kolonel. Bantuan sedang didistribusikan oleh pasukan medis Brickvia!” jawab si perwira muda.

Kanbe bergeming tidak memberikan perintah apapun.

“Haruskah Kita memberi sinyal menyerah?” tanya si perwira lebih lanjut.

Kanbe berbalik perlahan, “Tidak,” katanya dengan tegas, “Kita tidak menyerah.”

Kanbe melangkah lebih dekat, “Kota ini adalah milik Kita melalui darah dan pengorbanan. Mereka harus mengambilnya juga dengan darah. Brickvia percaya pertempuran sudah berakhir. Tapi Mereka tidak sadar ini baru saja dimulai.”

Tatapan Kanbe menerawang keluar jendela sekali lagi.

“Jika ini adalah akhirku,” gumamnya, “Maka biarlah berakhir dengan kehormatan.”

“Siapkan api! Nyalakan ketika Mereka tiba di sini. Biarkan Mereka terbakar bersama kastil!” perintah Kanbe.

"Baik, Kolonel!” jawab si perwira memberi hormat.

Di luar, para komandan Brickvia memimpin pasukan mereka mendekat ke gerbang utama Kastil.

Di tengah konvoi pasukan yang bergerak maju, Ren melangkah dengan hati-hati, matanya mengawasi kemungkinan adanya jebakan yang dipasang di sepanjang jalan.

Ketika seluruh pasukan telah berkumpul di depan gerbang utama kastil, seluruh komandan melirik ke arah Masahiro, menunggu perintah terakhir untuk memulai penyerangan.

Dengan mengangkat tangannya, Masahiro meneriakkan komando penyerangan.

"Seluruh pasukan, serang!" seru Masahiro lantang.

Terompet perang segera bergema.

Pasukan Brickvia serentak maju bagai ombak.

Di dalam aula kastil, Kolonel Kanbe mengamati pasukan Brickvia yang maju serempak ke arahnya. Para perwiranya berdiri tegap di belakangnya. Di sekelilingnya, tong-tong berisi minyak dan belerang telah siap, menunggu disulut sebagai perlawanan terakhir Kanbe.

“Kita sudah membiarkan Mereka sampai sejauh ini,” gumam Kanbe, “Begitu Mereka masuk ke kastil ini ... Kita akan melenyapkan semuanya bersama dengan Mereka di dalamnya.”

Suara derap langkah prajurit Brickvia terdengar semakin dekat.

Kanbe menoleh ke prajurit di sebelahnya yang mengangkat obor menyala.

“Sekarang!” perintah Kanbe.

Prajurit itu melempar obor ke lantai kastil yang telah dibanjiri dengan minyak di sepanjang aula.

Dalam sekejap, api berkobar dan lidah api segera menyambar tong-tong belerang di sekitarnya yang menyulut api semakin besar dan melebar.

Asap hitam dalam sekejap bergumul memenuhi aula.

Pasukan Brickvia berhenti tepat di luar kastil. Mata mereka terbelalak melihat kepulan asap hitam keluar dari pintu dan jendela kastil.

"Api!" teriak seorang prajurit di barisan paling depan.

Tatapan Letnan Jenderal Watari mengikuti asap hitam yang naik ke langit.

“Kanbe ... Ia membakar kastil!” bisiknya.

Melihat kepulan asap itu, Masahiro kembali meneriakkan perintah.

"Divisi zeni! Kita harus menghentikan api ini sebelum seluruh kastil runtuh!” teriaknya.

"Siap, Jenderal!" sahut Koizumi.

"Semuanya! Kita padamkan api sebelum semua ini runtuh!" perintah Koizumi kepada pasukannya yang berbaris tepat di belakangnya.

Ketika para prajurit Brickvia satu per satu tiba di depan pintu utama kastil, tiba-tiba pintu yang terbakar itu terbuka.

Sesosok pria melangkah keluar dari pintu itu.

Kolonel Kanbe.

Pedangnya terhunus dengan api berkobar tepat di belakangnya.

Matanya mengamati satu per satu prajurit Brickvia di depannya.

Lihat selengkapnya