Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #21

Bab 21 : Perang Terbuka

Jauh melintasi hamparan daratan di ujung sebelah barat Brickvia, ibukota Kerajaan Kuchiwara juga tengah menghadapi perdebatan di antara para petingginya. Di dalam istana kerajaan yang berada di balik perbukitan, Raja Kensuke Arakumo duduk di kursi kerajaan dengan hening, menatap pejabat kerajaan yang gelisah di hadapannya.

Kanselir Tokunaga, seorang anggota dewan penasihat kerajaan, menggebrak meja memecah keheningan.

“Mengapa tidak ada bala bantuan yang dikirim kepada Kolonel Kanbe?” ujarnya dengan geram.

“Seandainya kita mengirimkan bala bantuan, Kita mungkin bisa mempertahankan Likeland atau setidaknya mempertahankan nama Kita!” sahut Kanselir Ichimaru, seorang anggota penasihat lainnya.

Para pejabat yang hadir mengangguk setuju. Kekalahan di kastil Likeland telah mencoreng nama besar Kuchiwara.

Raja Arakumo akhirnya mengangkat tangannya. Seketika ruangan kembali hening.

“Kanbe,” kata Arakumo perlahan, “tidak pernah dimaksudkan untuk menang.”

Suara bisikan kembali terdengar. Seisi ruangan tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejut dari wajah mereka.

"Kalian bertanya mengapa Aku tidak mengirimkan bala bantuan. Itu bukanlah kegagalan. Itu adalah strategi. Pengintai Kita melaporkan taktik banjir yang digunakan Brickvia. Mereka dengan sengaja mengorbankan pusat perdagangan Mereka sendiri. Itu saja sudah menunjukkan betapa putus asanya Mereka.”

Kanselir Tokunaga meninggikan suaranya, “Jadi Kita memang membiarkan Kanbe untuk mati?" tanyanya.

Arakumo tetap bergeming, “Kematian Kanbe menjadi pembenaran bagi Kita. Brickvia sekarang menjadi rapuh. Dengan Likeland hancur, ekonomi Mereka tumbang, dewan Mereka terpecah. Mereka di ambang kejatuhan. Kita akan menyerang Mereka bukan dengan dalih invasi, tetapi atas nama retaliasi. Dan dunia akan berpihak pada Kita.”

Kanselir Ichimaru melipat tangannya, “Jadi semua ini hanyalah skenario sejak awal?” tanyanya.

“Semuanya sudah dirancang,” kata Arakumo, “Sekarang, Kita akan bergerak. Dan tidak sendirian.”

Ia mengangkat tangannya memberi isyarat. Seketika pintu di samping ruangan terbuka. Seorang ajudan memasuki ruangan dan mengeluarkan lembaran dengan lambang Kerajaan Suragato.

“Kerajaan Suragato telah setuju,” kata Arakumo, “Raja Torimada sepakat berdiri bersama Kita. Aliansi Suragato dan Kuchiwara kini telah berdiri!”

Riuh gumaman memenuhi ruangan. Dua kerajaan yang dulu bersaing, kini berdiri di barisan yang sama.

Arakumo menunjuk jarinya ke arah seorang jenderal yang berdiri paling depan.

“Jenderal Kazan Shigure,” lanjut Arakumo, “Kau akan memimpin barisan terdepan Kita bersama pasukan Suragato di bawah komando Jenderal Arakawa. Bersama-sama, Kita akan memobilisasi pasukan ke timur dan menghancurkan pertahanan terluar Brickvia!"

“Saya mengerti, Yang Mulia,” jawab Shigure sambil membungkuk.

Raja Arakumo bangkit berdiri,“Kali ini, Kita incar tepat ke jantung pertahanan Brickvia!" ucapnya seraya mengepalkan tangan.

Selang beberapa hari kemudian, di kaki Gunung Surume, tenda-tenda komando didirikan. Tepat di depan tenda utama, Raja Kensuke Arakumo dari Kuchiwara dan Raja Torimada dari Suragato duduk berhadap-hadapan, dikelilingi oleh perwira tinggi kepercayaan masing-masing pihak.

“Begitu rupanya,” Raja Torimada memulai pembicaraan, “Kau telah memperdaya Brickvia untuk menghancurkan kastil Mereka sendiri. Izinkan Aku bersulang untuk kecerdikanmu, Arakumo. Kau benar-benar membuatku takjub!” ucap Torimada.

“Dan Aku akan bersulang untuk aliansi Kita, Torimada. Kau selalu tiba di saat yang tepat!" balas Arakumo mencoba merendah.

Di meja di depan mereka terhampar peta medan pertempuran dengan tanda silang berwarna merah di pinggiran barat Brickvia. Lokasi yang akan menjadi titik kumpul pasukan Kuchiwara dan Suragato untuk memulai penyerangan.

Raja Torimada berbalik ke panglima perangnya, “Jenderal Arakawa, waktunya telah tiba. Kumpulkan pasukan! Aku ingin Mereka diposisikan secepat mungkin!”

“Laksanakan!" jawab Arakawa seraya memberi hormat.

Di sisi lain, Jenderal Kazan Shigure dari Kuchiwara melangkah maju dengan tegap.

“Barisan depan akan siap dalam waktu singkat. Saya siap memimpin di garis terdepan. Jika Kita berhasil masuk ke lini tengah Brickvia sebelum mereka bereaksi, formasi mereka akan runtuh tanpa waktu lama.”

Torimada menyeringai, “Sikapmu seperti seseorang yang sudah menyiapkan pidato kemenangan.”

“Saya akan menulisnya setelah musuh dikalahkan,” balas Shigure dengan tersenyum dingin.

“Aliansi ini,” Raja Arakumo kembali angkat bicara, “Menandai awal bagi Kita. Tidak ada lagi menunggu di balik perbatasan!”

Torimada mengangguk, “Kita perlihatkan pada Brickvia apa yang terjadi jika bermain api kepada salah satu dari Kita!”

Dengan jabat tangan singkat, kedua raja itu secara simbolis meresmikan aliansi mereka.

Keesokan harinya, matahari pagi belum sepenuhnya terbit namun Raja Hikusa telah duduk tegap di singgasananya. Di depannya, seorang perwira muda berdiri tegap.

“Kapten Kazamatsuri Daichi dari Divisi Logistik, hadir sesuai perintah!” lapor sang perwira muda itu yang merupakan anak tertua Hikusa sekaligus putra mahkota Brickvia.

Lihat selengkapnya