Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #28

Bab 28 : Melumpuhkan Bukan Membunuh

Sinar matahari senja menembus jendela ruang utama istana Brickvia di mana Raja Hikusa bersama para jenderal, menteri, anggota dewan, dan putra mahkota duduk berhadapan mengelilingi meja panjang di tengah ruangan.

​Tak ada satu pun yang berbicara hingga Raja Hikusa mengangkat tangannya.

“Mulai.”

​Kapten Kazamatsuri Daichi, putra tertua Raja, bangkit berdiri dari kursinya.

​“Delegasi Brickvia telah diterima oleh Kerajaan Tenban dengan tangan terbuka. Raja Yasamizu menyambut baik maksud kedatangan Kita untuk memperkuat koridor perdagangan di antara dua kerajaan, meskipun posisi Mereka tetap tidak berubah: Tenban tidak akan campur tangan dalam urusan militer,” jelas Daichi.

​Menteri Ozaki mengangkat tangannya.

​“Koridor timur itu bisa menjadi penopang perdagangan kita, ”kata Ozaki, “hancurnya Likeland melumpuhkan aliran barang kita di koridor barat. Dengan gudang-gudang yang terendam dan kastil yang terbakar, Brickvia kehilangan pusat komersial penting. Tenban bisa mengisi celah itu jika Kita bertindak cepat.”

​Jenderal Hiryuu melipat tangan,“Tapi ini adalah sebuah pertaruhan. Tenban sudah lama netral. Dan jika Kuchiwara menyerang lagi ....”

​“Mereka pasti akan menyerang lagi,” Letnan Jenderal Watari memotong, “mungkin bukan dengan pedang, tapi dengan sabotase, suap, atau spionase. Kita saat ini dalam kondisi rentan dan semua orang tahu itu.”

​“Maka Kita harus bergerak cepat. Perkuat hubungan dengan Tenban," balas Daichi.

​“Tapi tanpa dukungan militer ...” sahut Koizumi, “ketika Brickvia diserang, Mereka hanya akan mengirimkan pernyataan belasungkawa, bukan pasukan bantuan.”

​“Kalau begitu,” Ozaki menimpali, “dengan berfokus pada peningkatan perdagangan di koridor timur, Kita bangun kembali kekuatan militer tanpa harus bergantung dengan militer Tenban.”

​Hikusa akhirnya mengangkat tangan.

​“Lakukan,” ujar Hikusa, “itu adalah pilihan paling masuk akal di saat-saat seperti ini.”

Semua yang hadir ​mengangguk. Titah raja telah turun. Brickvia akan membangun kembali kekuatan militernya sendiri meskipun tanpa adanya dukungan militer pihak manapun.

​Sementara para petinggi istana duduk bersama di dalam dinding kokoh kastil Brickvia, Ren berdiri sendirian di dojo Mai-sensei, pandangannya terpaku pada boneka dummy di depannya.

​Ingatan atas momen terakhir hidup Kobayashi masih terngiang di kepalanya.

Pasti ada cara lain.

Bisik Ren dalam hati.

Ia mengangkat pedang kayu di tangannya dan menyerang boneka itu. Tebasannya bukan diarahkan ke dada dan leher, tapi ditujukan ke sendi siku, paha, lalu pergelangan kaki.

Serang untuk melucuti!

Serang untuk melumpuhkan!

Lagi! Lagi! Lagi!

​Keringat mengalir di wajahnya namun ia tidak berhenti.

​“Target tebasanmu ... itu tidak akan memenangkan perang,” kata Mai-sensei dari balik punggung Ren, “apa yang sedang Kau rencanakan?”

​“Aku ingin mengakhiri pertempuran tanpa mengambil nyawa,”ujar Ren tanpa berbalik.

​Mai melangkah maju, “Teknik seperti itu ... tidak akan mudah dilakukan di medan perang, Ren.”

​Ren akhirnya berbalik, “Aku tetap ingin menempuh jalan itu.”

​Mai menatapnya lama.

“Kau benar-benar keras kepala … persis seperti Nakazawa dulu,” ujar Mai menghela napas dalam-dalam.

Lihat selengkapnya