Silent Scarf

Affry Johan
Chapter #32

Bab 32 : Serangan Dari Bukit

​Menjelang fajar, armada laut Brickvia yang dipimpin Laksamana Muda Shinomori Hayate semakin mendekati garis pantai wilayah Kuchiwara. Di atas geladak kapal, para jenderal berkumpul. Mata mereka mengamati kabut tebal yang menutupi daratan.

​“Jarak pandang buruk, ”gumam Hayate, "Kuchiwara akan menyerang Kita tanpa aba-aba.”

​“Mereka pasti sudah menyadarinya, Kita harus siap, ”sahut Letnan Jenderal Watari.

​Letnan Jenderal Ryusuke mengangguk, “Pengintai Mereka pasti mengawasi garis pantai. Kita harus bergerak cepat setelah mendarat.”

​Seketika pembicaraan mereka terhenti melihat asap suar berwarna merah yang bergumul naik dari atas puncak bukit jauh di daratan.

Masahiro mengerutkan dahinya.

​“Itu sinyal dari Koizumi! Bersiap mendarat!” perintahnya, "pertempuran segera dimulai begitu Kita menginjak daratan!”

​Hayate mengangkat tangan memberi instruksi kepada anak buah kapalnya, “Gulung layar! Persiapan mendarat!"

​Ketika kapal perang itu merapat ke tepi pantai, ​gelombang pertama pasukan Brickvia menuruni kapal dengan cepat. Pedang dan tombak telah terhunus di tangan mereka.

Sesuai dugaan para jenderal, unit pantai Kuchiwara sudah dalam posisi berlindung di balik barikade, tangan para pemanah Kuchiwara sudah dalam posisi menarik busur mereka.

Ketika barisan terdepan Brickvia melangkah maju, keheningan pagi itu seketika pecah.

"Tembak!"

Suara perwira Kuchiwara terdengar nyaring memberi perintah.

SYUTTT!! SYUTTT!! SYUTTT!!

​Hujan anak panah segera melesat ke langit mengarah ke barisan pasukan Brickvia.

​“Panah dari atas! ”teriak Letnan Jenderal Kurosuke seraya mengangkat perisainya sendiri tepat saat gelombang tembakan pertama menyerang.

​“Perisai! Bentuk barisan! ”bentak Letnan Jenderal Waruyama, “maju rapat! Jangan ada celah!”

​Para prajurit pemegang perisai maju mengangkat perisai lebar mereka untuk melindungi rekan-rekannya turun memasuki garis pantai.

​Di atas geladak kapal komando, Masahiro berdiri terpaku melihat serangan balasan yang dilancarkan Kuchiwara.

​“Infanteri Kita tidak bisa masuk lebih jauh, "gumamnya.

Ia mengangkat tangannya siap memberi instruksi.

"Beri sinyal ke Tabrizu, tembak barisan pemanah Mereka! ”perintahnya.

Seorang petugas sinyal segera menyalakan suar yang asapnya melesat naik menuju langit pagi.

​Dari atas puncak bukit, Mayor Jenderal Tabrizu melihat asap suar merah membumbung naik di garis pantai.

"Inilah saatnya, "bisik Tabrizu mengangkat tangannya, "bidik!"

Para pemanah di belakangnya kompak menarik tali busur panah masing-masing.

​“Tembak! ”perintah Tabrizu mengayunkan tangannya turun dengan cepat.

SYUTTT!! SYUTTT!! SYUTTT!! SYUTTT!! SYUTTT!! SYUTTT!!

​Serbuan anak panah berterbangan ke langit, masing-masing mencari sasarannya yang berlindung di balik barikade Marase.

"Aaagghh!!!"

"Pemanah!!!"

Lihat selengkapnya