Sehari setelah mundur dari pertempuran di kota Marase, para perwira tinggi Brickvia berkumpul di meja rapat dengan wajah suram penuh ketegangan.
Duduk di tengah barisan rapat, Jenderal Yamada Masahiro mulai angkat bicara.
“Senjata baru Kuchiwara itu mengubah segalanya, ”kata Masahiro, "benda ini menentang semua pemahaman Kita."
Beberapa jenderal saling berpandangan gelisah.
Suara Letnan Jenderal Futaba Watari tiba-tiba memecah keheningan itu.
“Jika Kita tidak bisa meraih teknologi ini, Brickvia akan tertinggal dalam perang. Dan jika Kita tertinggal ... selesai sudah.”
Masahiro mengangguk dan menatap Watari.
“Kita harus mendapatkan teknologi ini sebelum siapa pun menggunakannya untuk menghancurkan Kita, ”ujarnya geram.
Letnan Jenderal Harada Waruyama mengangkat tangannya, meminta kesempatan untuk berbicara.
“Aku ... mengusulkan sebuah misi rahasia."
Suara bisikan riuh rendah sontak terdengar memenuhi ruangan.
"Misi rahasia? "tanya Masahiro mengerutkan dahinya, "jelaskan maksudmu, Jenderal."
"Kita mengirim seseorang untuk sebuah operasi infiltrasi ke wilayah Kekaisaran Airaseu, tempat teknologi ini kemungkinan besar berasal. Kita harus mempelajari rahasianya atau mencuri desainnya dan membawanya kembali, ”jelas Waruyama.
Ruangan kembali menjadi sunyi. Beberapa jenderal menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan pandangan kosong, sementara yang lain hanya mengangguk muram.
“Izin, Jenderal, "Kolonel Koizumi angkat bicara, "terlalu riskan untuk mengirim prajurit secara terang-terangan. Kita butuh seseorang yang bisa berbaur di tengah keramaian. Seseorang yang bisa menyamar sebagai pelajar, atau warga sipil."
"Aku mengusulkan seseorang itu dari divisimu, Kolonel, ”potong Watari tanpa ragu.
"Ren Karibata."