11 agustus 2011
Hye Sung berlari dengan tergesa-gesa ke ruang atasannya. Beberapa menit yang lalu Hye Sung mendapat panggilan dari Choi Ji Woon. Pembunuhan anak pertama presiden direktur perusahaan berlian di kamar hotel bintang lima beberapa jam yang lalu membuat SPA kewalahan. Sang Presdir langsung yang meminta SPA untuk menyelidiki kasus pembunuhan ini.
Hye Sung langsung menyerbu masuk ruangan Ji Woon. Pria itu tengah sibuk mengetik sesuatu di komputernya namun saat Hye Sung masuk Ji Woon berhenti melakukan aktivitasnya. Hye Sung duduk dihadapan meja yang memisahkan kursinya dengan kursi yang diduduki Ji Woon. Disana juga sudah ada anggota SPA yang lain, ya meski SPA hanya terdiri dari lima orang termasuk Ji Woon sebagai atasan, namun mereka sangat dipercaya menangani kasus-kasus seperti ini.
Sedari tadi Kim Kibum, Lim Seung Gi, Kim Junsu dan Ji Woon sendiri memang menunggu Hye Sung agar mereka bisa membahas kasus ini bersama-sama. Dan sekarang tampaknya Ji Woon sudah bisa memulai rapat mereka.
Ji Woon menyimpan kedua tangannya diatas meja. Tampangnya terlihat sangat serius. Tak lama ia mengambil sebuah laporan langsung dari sang Presdir untuk menyelidiki kasus pembunuhan anaknya itu. Setelah bertahun-tahun tak ada yang berani mengincar keselamatan mereka, akhirnya kini semua yang ditakuti SPA telah terjadi. Keluarga Presdir Park tampaknya sedang dalam teror seseorang tak bermoral dan mungkin memiliki dendam pribadi terhadap salah satu keluarganya.
“Pembunuhan itu terjadi di kamar hotel bintang lima tepatnya di kamar nomor 248. Putra pertama Presdir Park yang bernama Park Jung Min itu diduga tak meninggalkan kamar dari kemarin. Tubuhnya ditemukan diatas tempat tidur oleh pelayanan kamar. Tubuhnya memang ditutupi selimut jadi si pelayan mengira dia sedang tidur, namun tak sengaja selimut itu mengait pada gagang sapu yang dibawa pelayan itu. Saat itulah ia mengetahui bahwa Jung Min tewas dengan darah yang menghiasi hampir di seluruh tubuhnya,”
“Apa ada benda asing yang mungkin bisa menjadi petunjuk?”
“Tidak. Sayangnya kamar yang dipakai Jung Min itu adalah kamar paling mewah yang sangat dijaga privasinya, jadi tidak ada kamera CCTV yang terpasang disana. Tak ada yang bisa mengetahui di kamar itu telah terjadi apa,”
Hye Sung tampak sedang memikirkan sesuatu sampai ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Awalnya ia tak menghiraukan suara ponsel itu. Disaat seperti ini masih saja ada orang yang mengganggunya dalam bekerja. Semua anggota melirik Hye Sung tajam seolah memintanya segera membuka pesan itu. Hye Sung menggerutu kesal dan akhirnya membuka pesannya.
‘Kau dimana? Ini waktunya makan siang. Jangan sampai kau melupakan makan siangmu gara-gara sibuk bekerja. Ingat, sekarang aku adalah pacarmu, mengerti-?”
Entah kenapa untuk pertama kalinya Hye Sung tidak menyukai apa yang dikatakan Jay dalam pesannya. Sesaat ia mengumpat kesal kemudian memasukkan ponselnya kedalam tasnya lagi. Ia berusaha kembali memfokuskan diri dengan kasus di hadapannya ini. Tak ada waktu untuk memikirkan makan siang, pikirnya.
“Siapa? Pacarmu ya? Haha kau sudah dewasa tampaknya,” goda Ji Woon dengan nada menyindir andalannya.
“Yak! Sudahlah! Lebih baik kita berfokus pada kasus ini agar cepat selesai dan pelakunya tertangkap!”
“Apa itu sikapmu pada atasanmu eoh? Tak lama lagi aku akan menjadi kakak iparmu juga! Kau lupa ya kalau kakakmu itu sangat tergila-gila padaku dan ingin menikahiku?”
“Cih! Bukannya kau yang tergila-gila pada kakakku dan ingin menikahinya?”
Sesaat Ji Woon terdiam. Disisi lain Hye Sung memang benar bahwa Ji Woon tergila-gila pada Min Hye, kakak sematawayangnya. Mungkin tak lama ia akan mengadakan pesta pernikahan. Tapi sebenarnya bukan Ji Woon saja yang tergila-gila pada Min Hye, dengan kata lain mereka memang saling mencintai. Disamping pekerjaannya yang menyita waktu, tak jarang Min Hye datang ke tempat kerja pria itu dan membawakan makanan kesukaannya. Bukankah mereka sudah tampak seperti suami istri?
“Kurasa laporan yang harus kau ketahui hanya itu saja. Kalian boleh mencari tahu sendiri tentang pelaku pembunuhan itu. Tapi kurasa, kasus ini sedikit sulit karena si pelaku sangat jenius. Dia membunuh Jung Min tanpa sidik jari sedikitpun. Mungkin ia memakai sarung tangan khusus. Semua ini membuat penyelidikan sangat sulit sampai presiden langsung meminta bantuan kita.”
Hye Sung mengangguk mengerti. Tampak sedikit kecemasan di wajah pucatnya. Kepalanya seolah-olah berputar tak karuan dengan semua penjelasan Ji Woon yang hanya memperburuk ketakutannya saat ini. Ia hanya bisa berharap bahwa pembunuhan ini bukan pembunuhan berantai agar ia tak menangani kasus itu lagi.
**
12 agustus 2011
Cahaya matahari pagi menerobos masuk ke celah-celah kecil ruangan yang cukup besar untuk disebut kamar itu. Penghuni kamar itu sendiri menggeliat pelan saat menyadari kamarnya sudah diterangi cahaya matahari. Ia juga mengucek matanya untuk mencoba membiasakan cahaya terang benderang itu.
Hari ini Jay tak memiliki jadwal acara dimanapun. Mungkin hanya di malam harinya ia harus menghadiri perayaan perusahaan temannya. Siang ini ia memutuskan untuk mengajak Hye Sung jalan-jalan jika saja ia tak merasa berat dengan kepalanya.
"Haatchh!"
Jay merasa ia terkena flu gara-gara tadi malam ia pulang larut sekali. Walaupun sudah mencoba untuk berdiri dan pergi ke dapur, namun ia kembali terhuyung sehingga memutuskan untuk kembali menaiki tempat tidurnya. Menarik selimutnya sampai menutupi tubuhnya sebatas bahu. Jay benar-benar tak bisa melakukan apapun sekarang. Sepertinya ia harus memanggil dokter agar keadaannya membaik dan bisa menghadiri perayaan perusahaan itu nanti malam.
Jay berusaha meraih ponselnya yang berada di meja nakas samping tempat tidur. Tapi tangannya yang terlalu lemas membuat ponsel itu terjatuh ke lantai sampai hampir tak berbentuk lagi.
"Aish.." gumannya kesal.
Akhirnya Jay tak melakukan apa-apa. Ia memutuskan untuk kembali mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Setidaknya dengan tidur ia bisa melupakan masalah-masalah dalam hidupnya itu dan sedikit membuatnya lebih baik.
**
Hye Sung menatap gusar layar ponselnya. Ini sudah jam makan siang tapi tak ada kabar sedikitpun dari kekasihnya. Biasanya ia akan merecokinya dengan berbagai nasihat jika melewatkan makan siang. Tapi hari ini Hye Sung sama sekali tidak mendapat pesan dari Jay. Padalah ia ingin sekali makan siang bersamanya.
Hye Sung mulai mengacak-acak rambutnya frustasi saat ia kembali mencoba menghubungi pria itu. Ia seolah sudah muak dengan suara yang selalu didengarnya saat menghubunginya
'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan cobalah beberapa saat lagi...'
"Arggh!" teriaknya kesal.
Ji Woon yang memang berada di ruang kerjanya bersama Hye Sung hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, heran dengan kelakuan gadis itu yang menurutnya sangat aneh.
Hye Sung menelungkupkan wajahnya diatas meja kerjanya. Dia bahkan tak bisa memikirkan hal lain saat ini. Dia sudah tidak peduli lagi dengan dandanannya yang berantakan juga tatapan aneh dari Ji Woon. Yang ia pikirkan hanyalah kenapa sampai siang hari seperti ini Jay belum juga menghubunginya.
"Kenapa tidak kau datangi saja rumahnya? Siapa tahu ada sesuatu yang terjadi sampai dia tak menghubungimu sama sekali," gurau Ji Woon yang seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Hye Sung.
Sontak Hye Sung mendongakkan kepalanya menatap Ji Woon yang tengah menyesap kopi ditangannya dengan begitu santai. Tak lama senyum cerah menghiasi wajah muram itu.
"Ide bagus!" pekiknya senang.
Ji Woon hanya mengangkat bahu tidak peduli.
"Aku pergi dulu komandan!"
Hye Sung dengan cepat membawa tasnya dan berlari keluar ruangan, takut Ji Woon berubah pikiran dan tidak memperbolehkannya untuk pergi. Dan memang sebenarnya Ji Woon tidak akan memberinya ijin kemana pun saat puluhan kasus menumpuk dimeja kerja mereka. Tapi apa boleh buat, Hye Sung mungkin harus memiliki waktu untuk mengurusi masalah pribadinya. Disisi lain Ji Woon juga ingin beristirahat siang ini bersama Min Hye. Iapun melangkah keluar ruangan menuju tempat dimana Min Hye berada, butik di seberang kantor. Itu adalah tempat yang selalu Ji Woon tuju jika mulai merindukan gadisnya. Min Hye mengelola sendiri butik itu sampai menjadi salah satu butik terkenal di Korea Selatan.
**
Hye Sung memutuskan untuk memasuki rumah Jay tanpa harus dibukakan oleh pemilik rumah. Ia tahu Jay memang tinggal sendiri di rumah sebesar ini. Tadinya Hye Sung mau bersabar menunggu sang pemilik rumah mempersilahkannya masuk namun ternyata kesabarannya sangatlah tipis. Sudah berkali-kali ia memencet bel dan mengetuk-ngetuk pintu, bahkan meneriakkan nama pemilik rumah. Semua usahanya itu ternyata tak membuahkan hasil sedikitpun. Tak ada seseorang yang menyahut dari dalam rumah. Saat itulah Hye Sung memutuskan untuk masuk tanpa ijin.