"Karin maaf—," kata Kasuma sambil mendorong lebut bahu gadis itu. Kemudian dia langsung berjalan keluar kamar setengah berlari meninggalkan Karin yang memandanginya dengan air mata yang masih bercucuran. Di koridor sekelebat Kasuma masih melihat bayangan seorang gadis berbaju merah tua yang berjalan buru-buru sambil mengumpat-umpat.
Itu memang Goldyn, marah besar dia, sudah dua pot bunga di sepanjang koridor yang dilewati ditendangnya, untung pot itu cukup besar hingga tidak sampai terjatuh.
Kasuma mempercepat langkahnya sambil berteriak memanggil, "Goldyn! Goldyn! Tunggu!"
Goldyn yang mendengar panggilan Kasuma bukannya berhenti malah tambah cepat dia melangkah, dua-dua anak tangga langsung dia lompati, entah saking marahnya dia lupa tidak menggunakan lift malah kabur melalui tangga buat turun ke lantai dasar.
Kasuma terengah-engah mencoba mengejarnya. Tiba di lantai dasar menuju halaman parkir gadis itu masih sempat menendang lagi sebuah pot berisi tanaman bunga lavender, kali ini pot itu tumpah dan jatuh terguling sampai pecah. Kasuma kaget sekali, "Goldyn! Apa-apaan ini! Hey, dengerin dulu!" serunya sambil menangkap lengan gadis itu.
Plaak! baru saja Kasuma mau ngomong, tanpa diduga sebelah tangan gadis itu yang masih bebas tiba-tiba dipakai menampar pipi kirinya. "Huh! Brengsek! Brengsek kamu! Gak kusangka di belakangku kamu ternyata masih punya cewe lain, berani-beraninya kau!" seru Goldyn sambil menarik lepas tangannya yang dipegang Kasuma.
Kasuma tercekat tak menyangka bakalan langsung ditampar. Ingin dia marahi pacarnya itu namun suasana hatinya yang sedih menahannya, "Goldyn— gadis tadi itu namanya Karin, dan dia tadi sedang menangisi adikku Felik, aku tinggalkan saat dia masih menangis karena ingin mengejarmu. Goldyn jangan asal main tuduh begitu dong, situasiku saat ini sangat kacau karena aku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menyelamatkan Felik."
Goldyn yang sudah berjalan mendadak menghentikan langkahnya saat mendengar kata "… aku tinggalkan saat dia masih menangis karena ingin mengejarmu …."
Goldyn diam di tempat sambil mengepalkan kedua tangannya kesal. "Kasuma! Seharusnya aku sudah tahu tentang gadis itu sebelumnya jika memang kamu serius denganku, mengapa baru tadi aku melihatnya? Kemana saja dia selama ini? Apa kamu sengaja diam-diam ya!"
"Ha! Itu ... tidak ... kupikir iya aku memang belum pernah cerita, saatnya belum tepat, ta-tapi Karin itu gadis yang baik kok." Kasuma yang bingung tidak tahu harus ngomong apa malah mengatakan hal yang membuat Goldyn makin merasa diduakan.
Goldyn membalikkan badan terlihat matanya berkilat-kilat marah menatap Kasuma tajam bagai ingin merobeknya. "Kau! Kau! Kamu ini tidak tahu berhadapan dengan siapa ya?! Aku paling benci sama penghianat! Dan kamu ternyata tega menghianatiku! Goldyn tidak akan menganggapmu siapa-siapa lagi sejak saat ini, brr-brengsek! Dasar kamu orang tidak tahu diri, apa kamu pikir aku ini pantas kau permainkan?! Kelakuan kaya kamu itu bikin muak, kau ini ya! Masih banyak cowok lain yang lebih baik dari kamu!"