SILENT TSUNDERE

Xchalant
Chapter #3

The Real Princess

Mobil yang dinaiki Goldyn membelah kegelapan malam dan jelang beberapa saat kemudian tibalah mereka di depan pintu gerbang megah sebuah bangunan yang dipagari dengan tembok tinggi.

Brod tampak membuka kaca jendelanya sedikit sambil melirik ke arah sebuah kamera cctv yang sedang menyorot mereka, sesaat kemudian pintu gerbang yang terbuat dari besi itu perlahan berderik membuka. Seiring Brod yang menjalankan mobilnya masuk seorang penjaga tampak menganggukkan kepala saat mereka melewatinya. Sekitar 100 meter mobil berkelok memutari sebidang lahan yang dibikin taman dengan konsep mediterania lengkap dengan air mancur dan patung-patung pualam eksotik, mobil lantas memelankan jalannya menuju muka pintu sebuah gedung berlantai dua dengan arsitektur neo-klasik. Gedung yang sekilas tampak seperti kuil tempat pemujaan Dewi Athena dengan pilar besar yang memukau indah ditimpa sorot lampu warna warni.

Tidak sabaran Goldyn melompat keluar dari pintu mobilnya sebelum mobil benar-benar berhenti, tanpa mengucap sepatah katapun dinaikinya lima buah undakan tangga yang terbuat dari batu granit putih menuju ke pintu besar setinggi tiga meter berukir Goddess Aphrodite yang seolah membuka lebar ke dua belah tangannya saat pintu perlahan terbuka.

"Selamat tiba di rumah kembali putriii!" sahutan hampir bersamaan suara empat orang pelayan wanita yang berjejer menyambutnya.

"Hummph ...." Sambil bergumam Goldyn hanya mengangguk sedikit tanpa menoleh, dia berjalan melintasi ruang ballroom menuju ke arah tangga melengkung di kirinya, ballroom itu memiliki dua tangga melengkung di kiri dan kanan menuju lantai atas. Goldyn naik dengan tergesa-gesa, tiba di lantai atas dia kemudian berjalan cepat melintasi sebuah koridor yang seluruh dindingnya berlapis beludru berwarna merah dan penuh dengan lukisan-lukisan antik menuju ke kamarnya yang berada di ujung.

Di depan pintu kamarnya telah menunggu dua orang pelayan wanita yang masih terhitung remaja. Dari jauh mereka sudah menyambutnya sambil membungkukan badan, "Putrii, selamat datang kembalii."

"He-eh? Mia, Mila, kalian belum tidur? Uuh, dasar mama itu kadang keterlaluan, masa orang disuruh nungguin sampe larut malam gini? Duh, ya udah sana balik aja aku gak butuh apa-apa sekarang," jawab Goldyn setengah menggerutu.

"Ahh gak apa-apa kok, putri kan belum makan? Mau saya siapin ya?" tanya Mia salah satu dari pelayan yang berperawakan kecil dan memiliki wajah yang sangat imut, kedua pelayan itu memang ditugasi buat melayani Goldyn.

"Haa-ah, ya udah deh bawa kesini saja Mia, aku mau makan di kamar." Mendadak Goldyn baru menyadari kalau perutnya belum diisi dari siang tadi.

"'Oh-oke, udah kamu yang ambil Mila, saya mau nyiapain air mandi buat putri," kata Mia sambil mengangguk ke arah temannya yang langsung bergegas turun ke bawah buat mengambil makan malam di dapur.

Sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya yang berukuran 15 x 10 meter itu Goldyn melemparkan begitu saja sepatu, tas kecil, handphone dan netbook yang dibawanya ke lantai yang dilapisi karpet bulu tebal. Mia pun dengan sigap bergerak memungutinya sambil ngedumel dalam hati, "Uuu— dasar putri gaje nih, main lempar aja sukanya."

Sambil mendengus kesal Goldyn melemparkan tubuh kecilnya itu ke atas tempat tidurnya yang bernuansa serba pink dan langsung tengkurap sambil menutupi kepalanya dengan bantal.

Mia yang sudah paham betul kebiasaan tuannya sambil meletakkan bawaan Goldyn tadi di atas meja dia berkata pelan, "Putri, kayanya sedang kesel emang ada apa sih? Biasanya pulang-pulang senyum, hari ini kenapa murung? Eeh, jangan-jangan lagi marahan ya?"

"Oaaammm, Miaaa— dieemm ah, baweeell, aku lagi pusing, pusing nih," sahut Goldyn tanpa membuka bantal yang menutupi kepalanya.

"Haa! Ternyata bener lagi marahan, hihi jangan takut putri ceritain aja sama Mia si serba bisa ini, entar kukasih tau cara beresinnya deh, beneran," kata Mia sambil manggut-mangut di samping ranjang Goldyn.

Goldyn yang dari tadi kakinya bergerak kayak ekor kucing mendadak terdiam, kemudian dia membalikan badan dan sebuah bantal guling besar melayang mengenai kepala Mia, Puuukk!

"Duuh, jahat, Putri ... kan sakit nih kepalaku berdarah-darah loh," sahut Mia sambil memegangi kepalanya yang gak apa-apa.

Lihat selengkapnya