Siluet

violia natha
Chapter #1

BAB 1

Seorang pemuda dengan jas putih panjang berdiri gelisah di depan sebuah pintu. Tangan kirinya mengapit map warna merah sementara tangan kanannya terjulur menggenggam kenop pintu erat. Dia menarik nafas panjang lalu mencoba tersenyum. Dari pantulan pintu dia bisa melihat senyum kotaknya terlihat jenaka. Dia mendorong pintu perlahan.

Dia melangkah ke dalam sebuah ruangan putih yang dingin. Di dalam ruangan terdapat empat deret ranjang pasien. Tiga ranjang berpemilik dan satu ranjang yang paling ujung kosong. Hanya ada tiga pasien yang menjadi tangung jawabnya malam ini. Seorang pria paruh baya yang baru datang karena mengeluh sakit perut, satu orang gadis 17 tahun yang mengidap radang lambung dan seorang pemuda umur 20-an yang baru tadi siang menjalani operasi usus buntu.

Pemuda itu bergerak dengan sangat hati-hati ketika mengecek kondisi pasien. Dia tak mau membangunkan pasien yang tertidur. Selain itu ada seorang wanita paruh baya yang juga sedang tertidur terkelungkup di samping pria dengan keluhan sakit perut. 

 Syukurlah kondisi pasien cukup baik. Dia mencatat tanda vital pasien, serta jumlah cairan infus yang tersisa pada kertas di dalam map yang dia bawa. Masih beberapa jam lagi sampai cairan infus diganti.

Saat akan meninggalkan ruangan, istri pasien yang tadi tertidur terbangun dan menyapanya dengan suara pelan.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, saya kesini hanya mengecek saja Bu.”pemuda itu menjelaskan.

Wanita itu menghela nafas lega.

“Lebih baik ibu tidur di ranjang sebelah sana.”pemuda itu menunjuk sebuah ranjang yang masih kosong.

Wanita itu terlihat malu-malu. “Terima kasih dokter…Tyo”katanya setelah membaca name tag di jas pemuda itu.

Tyo mengangguk kecil sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.

Dia melangkah cepat sepanjang koridor menuju ruangan jaga perawat yang ada di dekat lift. Secepat yang bisa dilakukan manusia yang belum tidur satu hari penuh.

 Seorang wanita paruh baya yang merupakan perawat senior disana sedang membereskan berkas di mejanya.

“Permisi Bu, ini daftar pasien ruangan cempaka 3.”dia menyerahkan map sambil tersenyum seramah mungkin. “Sekitar jam 3 cairan infus di ruangan ini ada yang perlu diganti.”

“Oh iya Mas Tyo. Terimakasih ya.”perawat itu tersenyum lebar, membuat keriput di sudut matanya makin terlihat jelas.

Masih sambil tersenyum Tyo mengangguk kecil, lalu berbalik badan. Kali ini dia berjalan pelan menuju ruang diskusi.

Pintu ruangan diskusi sedikit terbuka. Dia menggeser pintu tapi tak masuk. Dia hanya melongokkan kepalanya saja.

Seorang gadis muda yang juga mengenakan jas putih panjang, menoleh ke arahnya. Namanya Alysa. Satu angkatan dengan Tyo, memiliki rambut hitam lurus dan kulit putih bersih. Di pangkal hidungnya bertengger kacamata persegi degan lensa tebal. Alysa duduk seorang diri sambil membaca buku yang pastinya buku kedokteran 

“Gue istirahat bentar ya.”Tyo nyengir kepada Alysa. Kedua netranya mengerling jenaka.

“Kerjaan lo udah beres semua? Cek pasien?”Kedua alis tebal gadis itu bertaut, tatapannya menuduh.

Lihat selengkapnya