“Semalem kamu nggak tidur sama sekali ya? Lihat tuh kantong mata kamu tebel banget”
Tyo hanya bisa meringis saat pertanyaan bernada khawatir itu terlontar untuk kelima kalinya dipagi ini. Pemuda itu sedang dalam perjalanan menuju parkir mobil karena jadwal jaganya sudah selesai untuk saat ini. Ransel berisi baju kotor sudah dia gendong di punggung, dan satu tas kertas berisi baju kotor dia tenteng di tangan kiri.
Dari tadi dia berusaha berjalan secepatnya karena ingin sekali bergegas tidur tanpa gangguan. Sayangnya sepanjang koridor antara kamar koas dilantai empat hingga lobi depan lantai dasar ada saja yang menghentikannya. Di koridor lantai empat dia bertemu dua perawat muda yang juga sedang menjalani profesi. Di depan ruang rawat dia berpapasan dengan Alysa yang juga akan pulang, di depan lift dia bertemu Alea, sekarang di lobi ada Irina yang baru berangkat untuk jaga siang.
“Mau jadwal tukeran sama aku lagi Yo? Aku nggak papa kok kalau nanti malem jaga juga.”Iriana menunjukkan wajah sungguh-sungguh.
“Nggak usah Na. Ntar lo kecapean lagi”Tyo cengengesan. Senyum Tyo pudar saat melihat dengan jelas ada semburat merah di pipi Irina.
“Nggak papa Yo. Jangan sungkan.”bujuk Irina lembut.
Pemuda itu mengacak belakang rambutnya yang mulai panjang. Sebenarnya Tyo ingin sekali tak masuk jaga hari ini, rasanya tak tega juga kalau meminta tolong lagi pada Irina. Kalau nanti malam Irina jaga, gadis itu di rumah sakit selama 24 jam. “ Besok-besok aja deh Rin. Btw thanks buat kemaren.’
“Hm.. jangan sungkan. Kalau butuh bantuan kontak aku aja”Iriana yang tersipu menepuk lengan Tyo pelan.
“Yaudah gue pamit. Selamat jaga.”Tyo nyengir lebar. Iriana melakukan hal sama, lalu keduanya berjalan ke arah yang berlawanan. Irina masuk ke lift, menuju lantai tiga sementara Tyo menuju parkiran baseman, menuju mobil putih andalannya.
Hanya ada lima buah mobil yang terparkir di baseman. Tyo dengan mudah menemukan mobilnya. Tas dan kantong baju kotor dia masukan di bagasi belakang. Dia bersandar di badan mobil, mengeluarkan ponsel lalu menempelkannya di telinga. Tak butuh waktu lama, orang yang dia telfon menjawab.
“Lo di rumah kan? Gue mau kesitu.”
*
Pemuda itu terbaring terlentang diatas sofa bed warna hitam. Dia menatap kosong langit-langit kamar yang berwarna putih bersih bagai kapas.
Direntangkannya tangan dan kaki untuk melemaskan tubuh. Dia termengun. Tyo tak paham dengan apa yang dirasakannya sekarang. Badannya masih sangat lelah tapi netranya sulit sekali terpejam. Baru dua jam yang lalu dia tidur dan sekarang sudah tak bisa lagi. Padahal tadi malam dia tetap terjaga, tak tidur sama sekali.
Pemuda itu meraih ponsel yang tergeletak di atas lantai. Dengan langkah gontai dia keluar dari dalam kamar, berjalan menuju satu-satunya ruangan luas memanjang di apartemen itu yang merangkap dapur, ruang makan dan ruang tamu tanpa sekat.
“Hai Yo! Tidur disini lagi?”sapa seorang gadis bertubuh tinggi langsing yang sedang menggoreng sesuatu di area dapur. Dari aromanya, Tyo menebak telur goreng.