Gerbang sekolah SMA Andromeda sudah ditutup oleh satpam beberapa menit yang lalu karena bel masuk sudah berbunyi. "Mampus deh, gue." Silva menepuk jidatnya melihat gerbang yang sudah ditutup.
Baru kali ini Silva terlambat masuk sekolah, biasanya dia akan berangkat pagi-pagi supaya tidak telat. Tapi karena dia hari ini sedang sibuk makanya dia telat.
"Telat?" tanya seseorang.
Silva menoleh ke arah sumber suara tersebut karena dia nampak tidak asing dengan suaranya. Dugaan Silva benar, orang tersebut adalah Vano, ketua OrionAlthair yang sudah terkenal seantero sekolah. "Menurut lo?" sengak Silva.
"Terus lo mau lakuin apa?"
Silva hanya mengangkat kedua bahunya tandanya dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Ikut gue!" perintah Vano dengan wajah datarnya.
"Ke mana?" tanya Silva.
"Ke gerbang belakang, kalau lo di sini dan ketahuan sama pak Hasyim dan bu Rissa, lo bisa dihukum. Sedangkan lo kan tipe anak rajin yang jarang terlambat."
Silva bingung harus mengikuti Vano atau tidak, tapi hati kecilnya menyuruhnya untuk mengikutinya saja daripada dia nanti bakal dihukum dan kena masalah.
Vano berjalan sambil meletakkan tangannya di dalam saku dan Silva mengekor di belakang. Mereka masuk ke sekolah lewat gerbang belakang sekolah yang masih dibuka. Vano dan Silva berjalan memasuki lorong yang menghubungkan ke koridor kelas X.
Langkah kaki Vano tiba-tiba berhenti, Silva juga ikut menghentikan langkahnya. Dia tidak tahu ada apa dengan cowok itu.
"Ada apa?" tanya Silva.
"Lo gak dengar?" ucap Vano dengan nada sedikit menyindir.
"Dengar apa?"
"Lo dengarkan baik-baik, ada suara derap langkah kaki, itu berarti pak Hasyim dan bu Rissa sedang menuju kemari."
"Lah terus?"
"Tanya mulu lo. Lo kan anak MIA, jadinya lo paham dong. Dasar."
"Ya maaf, gue kan gak bakat terlambat kayak lo."
Vano menatap tajam ke arah Silva, untung saja dia cewek kalau saja dia bukan cewek pasti sudah dihajar habis-habisan olehnya.
Vano mendorong tubuh Silva ke balik tembok dan hampir membuat cewek itu terjatuh. Silva mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Vano karena dia telah mendorongnya.
"Vano! Kamu itu sering banget telat!" Bu Rissa berdecak marah.
"Kan ibu udah tahu sendiri," kata Vano santai.
"Bapak heran sama kamu, dulu saat kamu kelas sepuluh gak separah ini tapi saat kamu gabung dengan OrionAlthair sikapmu malah semakin menjadi-jadi." Pak Hasyim memarahi Vano.
"Sekarang kamu ikut saya." Bu Rissa menjewer telinga Vano dan menyeretnya untuk dibawa ke lapangan.
Silva keluar dari balik tembok, kini dia tahu alasan kenapa Vano mendorong nya dibalik tembok supaya dirinya tidak ketahuan sama pak Hasyim dan bu Rissa. Silva merasa kasihan melihat Vano yang dibawa bu Rissa dengan telinganya yang masih dijewer.
Vano menoleh ke belakang dan memberi isyarat supaya Silva cepat pergi dari tempat itu dan masuk ke kelasnya. Silva yang paham maksud Vano, langsung pergi dan masuk ke kelasnya.
"Lihatin apa kamu?" tanya Pak Hasyim curiga.
"Gak lihatin apa-apa," jawab Vano cuek.
Vano dihukum untuk berdiri hormat di depan tiang bendera dengan kaki diangkat satu. Silva melihat Vano yang sedang menjalankan hukumannya dari depan kelasnya yang berada di lantai dua, dia lalu masuk ke kelasnya yang belum ada guru masuk.