Blurb
Kematian menggenang setiap saat. Dalam satu kedipan mata, entah berapa nyawa mengarung terbang, kembali ke balairung langit. Beragam sebab telah mengantar mereka pada rengkuh sabit malaikat maut. Kecelakaan; pembunuhan; sakit; bencana alam.
Singkat atau penuh penderitaan, bukanlah pilihan, sebagaimana tak ada nyawa yang bisa memilih, bagaimana dia akan berakhir. Waktu, bukanlah makhluk yang bisa tawar-menawar, sebagaimana tak ada nyawa yang mampu mengajukan perundingan tentang tenggatnya.
Tak ada yang berhak bicara tentang takdir dan kematian, kecuali Dia Yang Menuliskannya.
Namun, apakah mungkin seseorang menghindari takdirnya sebagai penyelamat umat manusia yang harus menguras darahnya sendiri, dan kehilangan nyawa pada akhirnya?
Atau, apakah benar, itu merupakan takdirnya sebagai Silver Blood?