Silver Blood

Chairurizal I K
Chapter #10

Sang Gerhana Putih

Sylva masih tertegun memandangi lelaki itu. Dia lebih dari sekedar tahu dari kelebat gambar yang dia lihat sebelumnya, orang-orang berkostum Medieval Jester itu menyebut diri mereka Antares, dan lelaki berambut putih-keperakan itu menyusupkan dirinya pada kelebat gambar yang dia lihat.

Gerhana Putih ... begitu dia ingin disebut.

Sylva masih terduduk dengan punggung menempel pada dinding kaca di belakangnya saat sang Gerhana Putih mengarahkan wajahnya yang tertutup topeng rata.

Sang Gerhana Putih sedikit menjulurkan tangan kirinya ke samping, lalu menekuk jari telunjuk dan tengahnya. Seketika itu, Sylva merasa ada tangan tak kasatmata yang mendorong kepala belakangnya dengan kasar hingga dia nyaris tersungkur ke tanah.

Sang Gerhana Putih sedikit memutar tubuhnya ke kiri, hanya agar dia bisa menusukkan Rapier di tangan kanannya, lurus pada dinding kaca di belakang Sylva. Meski Sylva tahu ujung Rapier sang Gerhana Putih tak bersentuhan sama sekali dengan permukaan kaca di belakangnya, tapi telinganya dengan waras mendengar suara kaca pecah.

Sylva menjerit ketakutan. Serpihan tajam bisa saja menancap di sepanjang punggungnya, namun dia terkejut mendapati tak ada seserpih kaca pun yang menyentuhnya. Sylva mengangkat wajah, menatap bagaimana serpihan-serpihan kaca itu terbakar seperti carik kertas yang akhirnya hangus sebelum menyentuhnya.

Matanya tak bisa berhenti mendelik, pun saat dia mengarahkannya pada wajah sang Gerhana Putih. Lelaki itu tampak seperti patung putih di matanya, sebelum jemarinya bergerak.

Sang Gerhana Putih menempelkan telunjuknya di kening, lalu dia menunjuk ke arah belakang Sylva dengan telunjuk yang sama

Sylva mengangguk paham. Dinding kaca di belakangnya sirna, berarti dia bisa melanjutkan larinya. Tak peduli kakinya yang berkali-kali dihantam cambuk lelah dan pedih, Sylva bangkit dan berlari ke arah yang ditunjuk sang Gerhana Putih. Ke arah Selatan.

Harapan berkelip, pun angin halim yang berembus kembali. Sylva sudah lebih dari cukup tahu, sedikit tentang sang Gerhana Putih.

Setidaknya, dia tahu, lelaki itu tak benar-benar datang untuk menyelamatkannya, tapi lelaki itu juga tak pernah punya niat untuk membiarkannya terbunuh.

Dia tahu, sang Gerhana Putih akan menjaganya, untuk malam ini.

***

Sang Gerhana Putih melaju tak jauh dari Sylva. Lelaki itu tak hentinya meladeni tiga-empat Antares dengan pisau, selagi tangan kirinya melontarkan berbagai jenis hal tak logis.

Satu Antares mendekat ke arah Sylva. Di tangan kirinya tersiap rantai beraura hitam. Sambil berlari, Antares itu mengangkat tangannya, dan menjulurkannya jauh-jauh ke depan. Rantai hitam di tangannya melesat dengan amat cepat, arahnya jelas bertuju Sylva.

Sang Gerhana Putih tengah disibukkan oleh empat Antares dan pisau runcing-panjang mereka, namun dia tak lengah menjaga Sylva. Tepat saat rantai itu baru setengah jalan, sang Gerhana Putih berputar tiba-tiba bersama Rapiernya yang menyala di tengah pertarungannya dengan empat Antares itu. Kobaran api putih menelannya utuh-utuh, lalu detik berikutnya dia muncul tepat di antara rantai hitam itu dan Sylva.

Sang Gerhana Putih memutar pergelangan tangannya, menebaskan tarian anggun Rapiernya yang langsung memotong rantai hitam itu beserta aura hitamnya.

Lihat selengkapnya