Ufuk timur dirajah sinar fajar. Kirana lembut itu melesak masuk dari balik pepohonan rindang dan kanopi daun cokelat. Hangatnya menjalar perlahan, musnahkan dingin yang diperangkap rimba.
Venrir dan Kyra berjalan menelusuri hutan dengan langkah cepat. Topi Fedora basah berada di genggaman tangan Kyra, sementara Venrir berada di depan, mengandalkan penciuman serigala yang dia miliki.
Malam tadi mereka memeriksa bantaran sungai dan mendapati mobil ringsek agak jauh dari jalan beraspal. Venrir bingung sepanjang jalan, tapi dia tak protes. Menatap wajah Kyra yang dibumbui cemas dan khawatir membuatnya tak begitu bicara banyak. Venrir tahu, Kyra adalah keturunan langsung pendiri Vermillion, dan dia bisa saja melacak keberadaan seorang Silver Blood hanya dengan insting dan firasat. Karena itu, dia membiarkan sahabatnya terjatuh dalam bungkam.
Venrir terhenti seketika, dan langsung mengangkat kepalan tangannya ke atas bahu. Indra serigalanya menangkap sesuatu. Dia menoleh ke arah Kyra, hanya untuk mendapati Kyra menatapnya dengan raut wajah semakin cemas.
Venrir mengalihkan matanya ke tebing tinggi di arah barat. Dia mengulurkan kedua tangannya, membuat sebuah portal. Lingkaran ungu tercipta dengan beberapa aksara numeralia tertera di sekeliling lingkaran itu.
Setelah rampung, Venrir mengajak Kyra memasuki portal.
Begitu melewatinya, Kyra tersadar dia berada di tebing tinggi di sisi barat. Dia segera menghampiri Venrir dan bertekuk sebelah lutut di samping gadis elok itu.
Meski jarak tebing itu dan pelataran terbuka di bawahnya sangat jauh, tapi Kyra dengan jelas melihat seorang lelaki dengan pakaian Medieval Jester berwarna putih dengan jubah yang juga putih sedang berjalan santai di tengah pelataran itu. Dari atas tebing, dia juga melihat rumah sederhana yang rusak di beberapa bagian.
"Antares? Putih? Kau pernah dengar?" mata tajam Venrir tetap mengawasi lelaki itu.
Kyra menggeleng, "Tak pernah ada catatan soal Antares putih di HQ. Aku juga ragu ayahku tahu, kalau dia tahu, dia pasti sudah memberitahuku sejak dulu."
"Kenapa begitu?" Venrir memberikan tatapannya dengan kening mengernyit.
"Antares selalu memakai pakaian merah kecuali Noireen, jadi kalau ayahku tahu, seharusnya dia memberi peringatan atau yang semacamnya," Kyra balas menatap Venrir, "Noireen memakai pakaian hitam untuk menunjukkan dialah yang mendirikan dan memimpin Antares."
Venrir mengangguk paham, tangannya terkepal erat, ingin segera menghambur dan melenyapkan Antares putih itu. Tapi yang dia beri hanya helaan napas. Tindakan itu terlampau ceroboh. Kobaran kebencian dan hasrat balas dendam harus segera dia hapus sebelum ingatan pahit tentang nasib keluarganya dulu, membuatnya buta.
"Dia mungkin berbahaya, kita harus menyingkirkannya, ada ide?" Kyra meletakkan Fedora di tanah dan perlahan memanggil tombaknya yang berbentuk mirip Trisula.
Venrir menatap ke bawah, ke arah Gelang Penghantar miliknya. Matanya berubah haluan ke belakang, ada cukup ruang untuk menjalankan rencananya, "Masih ingat permainanmu dulu dengan para Springer?"
Kyra menyipitkan matanya, keningnya mengerut, sementara otaknya berusaha menemukan ingatan tentang Springer, kesatuan Pembuat Portal dalam Vermillion. Dia mengangguk begitu ingatan 650 tahun lalu itu kembali menggenang.
Kyra berdiri dan mengambil posisi. Dia membelakangi pelataran terbuka di bawahnya dan menghadap ke timur. Dia memutar tombaknya, lalu mengambil ancang-ancang hendak melempar. Selesai itu, Kyra menatap Venrir, kembali mengangguk, samar.
Venrir mengambil napas dalam. Dia menjulurkan tangan kanannya ke arah Kyra, sementara tangan kirinya dia ulurkan jauh-jauh ke arah pelataran terbuka di bawahnya. Matanya terpejam, fokusnya terkumpul. Gelang Penghantar-nya menyala lebih terang, lalu sebuah portal muncul tak jauh di hadapan Kyra.
Kyra menyempatkan diri untuk mengambil napas panjang, sebelum akhirnya melempar tombaknya dengan kekuatan Colossus ke arah portal di depannya.
Setelah tombak Kyra tak lagi bisa dia lihat, Venrir segera menutup portal di hadapan Kyra, dan membuat portal lain tak jauh dari Antares putih itu. Dia menempatkan posisi portalnya di tengah udara, beberapa meter dari tanah. Tombak Trisula milik Kyra muncul kembali lewat portal itu, mengarah tepat pada tubuh si Antares putih. Lesatan itu sama sekali tak melambat; sama sekali tak berkurang kekuatannya.
Senyum tipis di wajah Venrir sirna seketika mendapati Antares putih itu menghentikan laju tombak Kyra dengan tangan kirinya. Antares putih itu berbalik pada saat yang sangat pas hingga dia bisa mencengkeram gagang tombak Kyra sebelum ditembus ujung runcingnya.
"Tak mungkin ...!" Kyra berdiri di tepian tebing, melihat bagaimana lemparan tombaknya dihentikan begitu saja, seolah yang dia lempar hanyalah kentang berjamur.
Tombak Kyra masih terus berusaha melaju, tampak ingin sekali melubangi jantung si Antares putih, namun Antares putih itu tampak tak mengeluarkan sedikit pun usaha ekstra untuk mematahkan lesatan Kyra.
Antares putih itu menggerakan tombak di cengkeramannya, hanya untuk melihat sebuah simbol yang terpatri tepat di bawah mata tombak paling tengah.