Saldo rekening Anda sebesar Rp 52.421.548,-. Dengan ragu, aku mengetik sesuatu dari ponsel. Tak lama kemudian, sebuah pesan singkat masuk. Proses transaksi selesai. Anda telah melakukan transfer dana sebesar Rp 50.000.000,-.
Kupejamkan mata. Semuanya berputar. Segera kuletakkan kembali ponselku ke dalam tas setelah mematikannya. Aku menghela napas dalam-dalam. Kepalaku berdenyut keras. Udara di dalam pesawat tiba-tiba terasa pengap, padahal belum saatnya lepas landas. Setelah meneguk parasetamol, aku mencoba untuk tidur sejenak.
Pesawatku tiba di Bandara Ngurah Rai satu jam sebelum rapat dimulai. Menurut info GPS, lokasi Hotel Lotus hanya sekitar sepuluh menit perjalanan. Baguslah, masih ada banyak waktu. Aku memang tidak berharap datang terlambat ke pertemuan pertamaku untuk proyek ini. Proyek kerja sama dengan pemilik Hotel Lotus, Ibu Riana, ini sangat penting buatku. Dan juga untuk masa depan keluargaku. Sebelum masuk ke dalam taksi, kumatikan GPS dari ponsel. Akan sangat berbahaya jika aku lupa mematikannya.
Setelah berhasil dengan Le Cadeau Gift Shop, targetku selanjutnya adalah memperluas jaringan kerja di luar kota. Melalui Ibu Riana, pelanggan setiaku selama lima tahun, impian itu akan segera menjadi kenyataan. Aku mulai membayangkan, bila kerja sama ini berhasil, maka bukan hanya penghasilanku yang akan bertambah, tapi juga aku akan memperoleh kembali apa yang telah terenggut dari hidupku. Kebebasan. Rasa sesak itu datang lagi. Dan perutku kembali terasa mual.
Lewat cermin rias yang kubawa, aku memastikan kalau penampilanku lebih baik dari biasanya. Kutatap lama-lama pantulan wajahku. Percuma menutupi. Bekas luka di pelipisku masih terlihat samar. Selebihnya, hanya raut indo yang pucat dan tirus. Buru-buru kupoles lipstik warna pink natural, satu-satunya lipstik yang kupunya. Setelah menyugar rambut hitam sepunggungku, kukembalikan cermin ke dalam tas.
Dulu, semasa SMA, banyak yang bilang wajah indo keturunan Perancis-Jawa ini bisa membuatku menjadi seorang model iklan. Hidung mancungku persis milik Mama. Sementara bola mataku yang coklat dan besar diwariskan langsung dari Papa. Dengan tinggi badan 162 sentimeter, cukuplah aku menjadi lirikan agensi modeling.
Tapi itu dulu. Sekarang, di usia 23 tahun, apa yang diharapkan dari modal fisik semata? Masa-masa keemasan itu telah berlalu. Berat badanku terus turun dalam tiga tahun terakhir. Itu membuat tulang rahangku kurus. Belum lagi mata cekung dengan bayangan hitam di bawahnya. Kalau memang aku cantik, tidak mungkin ...
Seolah teringat sesuatu, kuraih lagi ponselku untuk memastikan sesuatu. Ah, GPS-nya sudah kumatikan, kan? Kusandarkan kembali kepalaku di jok mobil.
Masa bodohlah dengan wajah. Bukan saatnya memikirkan hal itu. Toh, penampilanku juga sudah cukup rapi. Pekerjaanku saat ini tidak ada hubungannya dengan kecantikan. Dan aku juga tidak sedang dalam proyek mencari jodoh. Saat ini, aku hanya ingin bisnisku sukses dan meraup penghasilan sebanyak-banyaknya. Hanya uang yang kuperlukan sekarang.
Kira-kira, cara apa lagi yang harus kulakukan supaya pendapatanku meningkat dua kali lipat? Terus terang aku enggan mengeluarkan biaya lagi. Sebisa mungkin aku memaksimalkan aset yang ada agar omzet bertambah. Tapi itu nyaris mustahil. Agar omzet bertambah, pasti perlu menambah karyawan. Belum lagi bila harus menambah iklan. Ah, biaya lagi.
“Sudah sampai, Mbak.” Suara sopir taksi membuyarkan rangka kerja di otakku.
Seorang pria muda dengan seragam hotel membukakan pintu untukku. Dan ketika kakiku melangkah keluar mobil, mataku langsung terbelalak melihat bangunan tujuh lantai yang disebut Hotel Lotus itu.