Keesokan paginya seperti biasa Sandi telah bersiap dan standby di rumah Silvi, mengantarnya berangkat sekolah lalu lanjut ke kampus
"Sayank makasih ya, ntar jangan lupa jemput aku ya sekalian aku mau ke toko buku" pinta Silvi
"Toko buku? Tumben tumbenan yank?" tanya Sandi keheranan
"Iya kan besok dua hari lagi aku ujian kelulusan" jawab Silvi
"O iya ya, semangat ya sayank abis lulus jadi lanjut kuliah di Universitas xxx kan?" Sandi memastikan apakah Silvi sang kekasih jadi mau satu kampus dengannya atau tidak
"Iya dong yank harus itu, aku gak mau jauh jauh dari kamu" jawab Silvi
"Aseeeekkk digombalin mulu akunya hehehe " Sandi tersipu sipu setiap kali Silvi menggombalinya. Konon si Silvi ini adalah seorang playgirl hanya saja Sandi yang begitu polos tak mengetahuinya karena begitu rapi ia bermain. Apalagi semenjak tragedi ranjang bergejolak dengan seorang bapak bapak tua itu terjadi, sudah tentulah menambah lagi pengalaman dan kelihaian Silvi sebagai seorang playgirl.
"Ya udah aku lanjut ke kampus ya" Sandi berpamitan. Tak lama Sandi pergi Silvi pun bergegas menyebrangi jalan menuju warkop dimana telah menunggu seorang cowok yang merupakan adik kelas Silvi sebut saja Nino.
"Maaf ya lama" kata Silvi
"Oooo pantes aja aku dicuekin akhir akhir ini ya, ternyata!!" kata Nino yang merasa kesal karena melihat Silvi datang bersama seorang cowok ganteng dan tajir yaitu Sandi.
"Apa si? Itu Abang aku tau!! masa iya cemburu sama Abang aku?" jawab Silvi coba ngeles dari tuduhan Nino.
"Abang apa Abang... Kok kaya kaya mesra gitu?" Nino masih coba mendesak
"Ah udah ah kamu mah cemburuan banget" lalu Silvi berjalan meninggalkan Nino, ia sengaja agar Nino berhenti membahas dirinya dengan Sandi.
"Iya iya udah jangan ngambek! Kata Nino menyerah lalu mengejar Silvi mengikutinya berjalan menuju sekolah.
"Ckckcck! Cantik cantik kok ternyata suka mainin cowok?" batin Mpok Evi pemilik warkop yang sempat mendengar pembicaraan antara Silvi dan Nino.
"Ngomong ngomong ini pak Parjo kemana ya dari kemarin malam gak keliatan tumben" batin mpok Evi, ia tak tahu bahwa pak Parjo kemarin sedang menjadi laki laki paling bahagia sedunia. Malamnya pun tidur menjadi begitu nyenyak, rasa lelah yang teramat sangat membuat dirinya langsung terkapar dan terlelap sampai sampai keesokan harinya bangun kesiangan.
"Uuuuaaaahhh...buset!! Udah terang banget? Jam berapa ini?" Pak Parjo baru saja membuka mata dan terkejut melihat langit telah terang benderang.
"Aduuh!! Pegel bener ya badan?" Pak Parjo baru teringat akan kejadian kemarin sore, kenangan yang tak akan terlupakan dalam hidupnya.
"Ckckckc, bener bener awewek pilihan, jangan jangan dia emang bidadari yang nyasar turun ke bumi ya? Heheheh" pak Parjo cengengesan begitu bahagia nya seakan masih tak percaya mendapat kesempatan emas yang bahkan memimpikannya pun belum pernah.
"Heheheh hihihi hahaha huhuhu hahaha!!" senyuman berubah menjadi tawa kecil hingga tawa yang benar benar sejati menandakan kebahagiaan yang tak mampu lagi diungkapkan dengan kata kata. Sementara Sandi yang telah tiba di kampus pun telah disambut oleh Anisa teman sekaligus sahabat baginya.
"Kak Sandi selamat pagi.." Anisa menyambut dengan begitu hangatnya