Sejak dulu, atau mungkin, sejak ibu tak lagi ada, aku sering mengeja: apa arti kebahagiaan?
Aku selalu menemukan itu di sekelilingku. Kebahagiaan seperti diciptakan di seluruh tempat dan di setiap waktu. Tapi sekian tahun, aku pernah merasakan kalau kebahagiaan itu selalu saja bukan untukku.
Tapi hari ini semuanya berbeda.
Kupikir ini akan menjadi hari paling bahagia bagiku. Sungguh, sudah lama aku tak merasakan kebahagiaan yang membuncah seperti ini. Aku seperti ingin sekali menari, dan di sekelilingku seketika terdengar alunan nada yang riang gembira...
Tapi sepertinya aku terlena. Aku terlalu berharap pada kebahagiaan. Dan ia sepertinya tak ingin beranjak dari kebiasaannya yang selalu datang sekejapan, dan tak pernah terlalu lama bertahan.
Setelah Barra pulang, aku mendapat telefon dari Madame Kristalia. Ia ingin bertemu empat mata denganku.
Ini sesuatu yang membuatku berkerut kening. Bertahun-tahun di sini, aku hanya beberapa kali saja berbincang dengannya. Itu pun hanya terjadi di sekolah dan selalu dengan kehadiran pihak lainnya. Tapi toh, aku hanya bisa menurutinya saja. Kutemui ia di ruang piano, seperti keinginannya.