Selama masih teraba denyut nadi, maka Tuhan pasti akan mendampingi. Sebaris kalimat itu tercipta begitu saja ketika mata ini terbuka di tempat yang selalu berbeda. Bandung salah satunya. Tempat persinggahanku untuk kesekian kalinya, menjalani kisah yang tak pernah sama.
Kota ini pernah menjadi impianku untuk menyendiri, menjadi tempat tinggalku saat menikmati masa mengejar mimpi. Bandung juga pernah kutinggali bersama orang-orang yang terasing di balik jeruji besi. Dan kini, aku kembali, setelah melewati fase mencari lagi kebahagiaan setelah kehilangan.
Aku, dan siapapun dari kita, adalah sang konduktor untuk hidup kita sendiri. Setiap keputusan yang kita buat, setiap langkah yang kita ambil, adalah notasi baru dalam perjalanan hidup. Siapapun harus belajar menerima bahwa kekangan maupun kebebasan adalah bagian dari tangga nada kehidupan yang penuh harmoni.