Simfoni Temaram Takdir

Tita Dewahasta
Chapter #2

2. Gadis Gambas Bermata Amber

Jantungnya terus berdegup kencang saat melihat langkah gadis itu lurus menuju mejanya. Kendrik mengangkat pandangan dan menatap gadis yang tersenyum kecil itu.

Apakah gadis itu tahu dia sedang diintai? Tak membalas senyumannya, wajah Kendrik malah menegang. Keringat bercucuran, kira-kira seember jika ditampung.

"Aku bakal digampar?" duga Kendrik.

"Permisi Kak, kecap di meja saya habis. Boleh pinjam punya Kakak?" kata gadis itu sembari menunjuk botol kecap di meja Kendrik.

"Gampar! Eh maksudnya bo-boleh, silahkan."

Gadis itu mengambil botol kecap di meja Kendrik dan beranjak ke mejanya sendiri.

"Kecap aja? Hatiku nggak?" tanya Kendrik dalam pikiran.

Tiba-tiba gadis itu berbalik dan kembali ke meja Kendrik.

"Dia dengar kata hatiku? Shitt, dia pasti bisa baca pikiran," ucap Kendrik dalam hati.

"Maaf, Kak, saosnya juga ya."

"I-iya, ambil aja."

"Makasih, Kak."

"Jangankan kecap dan saos, seluruh hidupku juga boleh kamu ambil. Pasrah, mletre, mleyot."

Gadis itu kembali ke mejanya dan duduk. Beberapa detik berselang, gadis dan lelaki berseragam SMA itu menengok ke arah Kendrik dan tersenyum kecil.

Tak siap dengan serangan pandangan mata tandem itu, Kendrik hanya bisa membalas senyuman mereka dengan tatapan canggung.

***

Gangga berbisik, "Kakak itu agak aneh, tadi aku minta kecap malah dia bilang 'gampar'."

Bisma dan Gangga kemudian menoleh ke arah Kendrik dan tersenyum. Lelaki yang tengah mereka bicarakan itu membalas dengan senyuman dan ekspresi yang aneh.

"Iya bener, Mbas, aneh ya," bisik Bisma.

"Mungkin dia menderita semacam anxiety disorder?"

"Atau mungkin dia lagi nahan kebelet. Kamu ingat kan waktu ulangan matematika, aku dikira nyontek karena gerak-gerak nggak karuan. Padahal aku lagi nahan kebelet."

"Buahahah." Tawa Gangga meledak.

Kendrik masih memasang telinga dan perhatiannya kepada dua orang itu. Tidak ada sentuhan di antara keduanya. Tidak ada genggaman tangan atau belaian sayang seperti pasangan-pasangan muda pada umumnya.

"Bolehkah aku berharap kalau mereka itu nggak pacaran? Berarti aku masih punya kesempatan kan?"

"(Rebel mind voice: Ingat umur Ken!)"

"Heit, suara siapa berani nyenggol masalah umur? Aku 23 tahun, gadis gambas bermata amber itu kira-kira 18 atau 19 tahun. Masih masuk akal!"

"(Rebel mind voice: Serah lu dah!)"

"Tapi kalau aku mau masuk ke circle mereka, aku harus ganti namaku jadi nama buah atau sayuran. Ken- siapa ya?"

"(Rebel mind voice: Kedondong, kelapa, kelengkeng?)"

"Hah, diem lu!"

***

Gangga dan Bisma telah menyelesaikan makan siang mereka. Mereka pun berdiri dan bersiap keluar dari taman kuliner di kompleks rektorat Universitas Vanguard itu.

Kendrik juga ikut beranjak pergi. Lebih tepatnya mengintil mereka dari belakang. (Kalau kecil itu mengintil, kalau besar apa hayo? Nggak usah dijawab! Jangan!)

"Mbas, Mbas, itu si kakak aneh kok kayaknya ngintilin kita ya," bisik Bisma.

Gangga tidak berani menoleh. Dia hanya melirik dengan sudut matanya. "Apa dia itu orang jahat ya?"

Lihat selengkapnya