Simple School Game

Ankano Wen
Chapter #2

01. Hari-hari biasa

FARA POV

Fara memang tidak pernah bermain hal-hal yang tidak pernah dimainkannya, dia pun tidak pernah merasa ingin melakukannya. Namun sepertinya hal tersebut membuat orang-orang salah paham dan mengira bahwa dia terlalu dikekang sehingga tidak dapat merasakan hal-hal menyenangkan yang seharusnya dilakukan oleh para remaja.

Sekarang image tersebut membuat Sean, sang maniak game pun turun tangan dan berusaha untuk memperkenalkan Fara dengan berbagai macam permainan.

“Halo, Raja Permainan yang Agung. Bagaimana hasil rapat kemarin?” tanya Fara seraya tersenyum jahil. “Aku sudah tidak sabar untuk menjalankan misi yang diberikan,”

“Wow.. siapa yang mengajarkanmu seperti itu?” Chelsea berdecak kagum, “Aku berikan apresiasi padamu karena bisa bersikap dengan benar kepada Sean.”

“Hei—“ protes Sean.

“Jadi, bagaimana?” tanya Chelsea.

“Kalian ingin bermain apa?” tanya Sean.

“Bisa tidak, hari ini tidak usah membahas permainan? Tidak perlu bersikap kerasan seperti itu,” jawab Chelsea.

“Tidak apa-apa, kurasa aku mulai tertarik terhadap permainan,” ujar Fara untuk menenangkan Sean dan Chelsea. Gadis itu hendak melanjutkan pembicaraan ketika Rehan datang dan merangkulnya dari belakang. Anak lelaki itu mengacak-acak rambut Fara seraya menatap Sean dan Chelsea sambil menyeringai.

“Kalian takkan iri jika melihat kita seperti ini, kan?” tanya Rehan, yang disambut oleh tendangan tulang kering oleh Chelsea dan jari tengah Sean.

“Aww… aduh! Hei! Bukankah kalian berdua sangat serasi untuk menjadi pasangan? Mengapa kalian tidak pacaran saja?”

Rehan sudah siap untuk mendapatkan tendangan kedua ketika melontarkan pertanyaan tersebut, namun tanpa disangka, Sean dan Chelsea saling memalingkan wajah mereka yang tampak memerah.

“Kalian… benar-benar saling suka?” tanya Fara dengan polosnya.

“Jangan konyol begitu,” sahut Chelsea secepat kilat.

“Hah… bisa gila aku,” timpal Sean.   

“Wow… atmosfer yang sangat mendebarkan telah terjadi di hadapan kami,” ujar Rehan, anak lelaki itu terus menggoda mereka habis-habisan.

“Bagaimana kalau kita kembali membahas permainan?” usul Fara, gadis itu berusaha untuk mengambil alih situasi, karena tampaknya candaan Rehan membuat Sean dan Chelsea tidak nyaman. Tujuan awal mereka memang ingin bermain, bukan untuk membahas hal seperti ini. “Kurasa kau kemari karena tampaknya sudah memikirkan permainan yang seru untukku, kan?”

“Yeah… uhm, benar sekali,” sahut Sean, anak lelaki menjawab Fara dengan cepat, “Tapi… sebenarnya—“

Sean belum menyelesaikan pembicaraannya ketika bel istirahat berbunyi, anak lelaki itu segera mengambil kesempatan tersebut untuk kabur dari Rehan—berlari menghampiri Faruq dan menariknya paksa untuk keluar kelas.

“Dasar…” ujar Rehan seraya terkekeh, anak lelaki itu melepas rangkulannya dari Fara dan bergegas untuk mengejar Sean, “Akan ku sidang dia saat di kantin,”

“Bisa-bisanya, anak sepertimu… berpacaran dengan anak seperti itu,” gumam Chelsea, gadis itu sepertinya masih kesal terhadap Rehan.

Fara terkekeh. Gadis itu mengeluarkan kotak bekalnya dan Chelsea melakukan hal yang sama, “Kau tidak ke kantin?” tanya Fara.

Lihat selengkapnya