Simple School Game

Ankano Wen
Chapter #3

02. Insiden

Tampaknya pembicaraan kemarin antara Chelsea dan Rehan sirna begitu saja. Mereka berdua tetap melakukan kegiatan bersama seperti biasa. Teman-temannya yang lain, termasuk Fara pun tidak ada yang membahas hal tersebut. Bahkan, Chelsea yang kemarin terlihat menutup diri pun kini…

“Sean! Berikan aku perlindungan!” pekik Chelsea, matanya fokus menatap layar handphone miliknya. “Di mana kau?”

“Arah jarum jam, pukul dua!” Sean balas memekik, “Chelsea, fokus dengan musuhmu! Mengapa lari ke sini?”

“Bom!”

“Chelsea!” Sean meletakkan handphone nya dengan keras di atas meja, “Seharusnya jangan memancing musuh ke arahku. Lihat! Kita kalah!”

“Aku sudah mengatakan ada bom, seharusnya kau juga berlari bersamaku! Mengapa hanya diam saja dan tidak mengikutiku?”

“Wow! Lihatlah! Ada pasangan suami istri yang sedang bertengkar tepat di depanku!” Faruq yang sedaritadi memerhatikan mereka pun mulai terkekeh, Rehan dan Fara hanya menyeringai kecil.

“Diam kau!” ujar Sean dan Chelsea bersamaan.

“Lihat? Kalian kompak sekali,” tambah Faruq.

“Sayang, katanya kita sangat kompak. Mungkin kau ingin membeberkan kekompakan kita sampai mana?” ujar Sean seraya menyeringai.

“Tentu, akan kita berikan dia sebuah kasih sayang,” sahut Chelsea, lalu dalam sekejap Chelsea dan Sean sudah mengunci tubuh Faruq—yang memberontak, berusaha melepaskan diri. Sean menarik kedua tangan Faruq ke belakang tubuhnya, membiarkan Chelsea menggelitiknya.

“Hei, he—hahaha! Hentikan, tolong hentikan!” pekik Faruq seraya tertawa terbahak-bahak. Anak lelaki itu terus meronta, menendang secara asal agar bisa melepaskan diri. Napasnya yang terengah-engah menandakan bahwa energinya sudah habis, bersamaan dengan batas kesabarannya. “Kubilang... hentikan...”

Tidak satupun dari mereka yang menggubris permohonannya, merasa kesal, Faruq pun menghempaskan tangannya dengan kasar dan menendang untuk memberikan dorongan pada tubuhnya. Tanpa disengaja, tendangannya mengenai Chelsea, membuat gadis itu menabrak meja dan menjatuhkan sebuah botol minum.

Seketika itu juga, lampu kelas tiba-tiba padam, suara listrik yang korslet terdengar di tempat Chelsea terjatuh, suasana pun menjadi hening.

“Ah, maaf,” ucap Chelsea, memecah keheningan. Gadis itu bangkit dan mengibas rok nya yang basah terkena air, “Aku tidak sengaja menumpahkan air,”

WUSHH…

Api mulai menjalar dari belakang Chelsea, gadis itu sontak berteriak dan menghindari api tersebut. Terlihat di sana, sebuah charger usang yang sudah koyak tergenang air yang tumpah dari botol minum yang tersenggol Chelsea. Charger tersebut terpasang pada stop kontak yang terhubung dengan kabel-kabel yang lain.

“Siapa orang bodoh yang bawa charger rusak seperti itu!” pekik Chelsea, gadis itu segera membongkar tasnya dan mengambil botol minumnya, dia hendak menyiramnya ketika Faruq mengambil alih botol tersebut.

“Apinya bisa makin besar, kita harus keluar dari sini!” teriak Faruq, anak-anak yang tadinya terpaku melihat api yang mulai membesar itu pun, langsung menghambur keluar setelah mendengar perkataannya.

“Kenapa ada api?!” pekik Sean, “Kau tidak mengeluarkan gas kentut semacamnya, kan?”

“Ini bukan waktunya untuk bercanda!” balas Chelsea.

“Air, mana air?” Rehan membuka seragamnya dan mulai membanjurnya dengan air. Anak lelaki itu melempar bajunya ke kobaran api, namun bukannya padam, api tersebut semakin membesar.

“Terima kasih, kau sudah memberikan bajumu secara sukarela,” gumam Sean.

“Keluar, sekarang!” pekik Faruq, mendorong teman-temannya untuk bergegas ke pintu. Api sudah menjalar—membuat mereka terkepung di tengah-tengah. “Sudah kuperingatkan untuk keluar, sekarang kita terjebak,”

“Bisa-bisanya ruangan sebesar ini terbakar dengan cepat!” pekik Sean.

“Itu karena pemicunya dari listrik! Di sini terlalu banyak kabel yang menjalar di mana-mana.”

Suara sirine terdengar di kejauhan, diiringi dengan derapan kaki yang bergema di sepanjang koridor. Suara riuh terdengar di luar kelas, para guru sudah berkumpul dan menggiring murid-muridnya untuk melakukan evakuasi secara teratur.

“Apa yang mereka lakukan di luar? Mengapa tidak ada yang menolong kemari?” tanya Chelsea.

Lihat selengkapnya