Simple School Game

Ankano Wen
Chapter #8

07. Teka-Teki

FARA POV

Gadis itu berusaha untuk berpikir positif mengenai kertas lain yang ditemukannya sekarang. Pasalnya kata-kata yang tertera membuatnya mengingat salah satu temannya, yaitu Sean. Hal itu membuatnya harus menahan Faruq dan Rehan yang sudah marah terlebih dahulu ketika melihat kertas tersebut.

“AKULAH SANG RAJA PERMAINAN.”

 

Beberapa saat sebelumnya Fara dan Rehan menemukan angka 1 dan 9 yang ditorehkan menggunakan cat berwarna putih di dinding kelas kimia yang sudah hangus. Kedua angka tersebut sangatlah kontras dengan latar dinding yang berwarna hitam legam karena terbakar. Mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk bertemu Faruq yang berada di kelas sebelah dan ternyata anak lelaki itu menemukan secarik kertas yang berisikan tulisan ‘akulah sang raja permainan’. Lantas mereka mengambil posisi duduk melingkar dan berusaha memecahkan hal tersebut sebelum memberitahukannya kepada Chelsea dan Sean yang berada di gedung sebelah.

“Wah, tiba-tiba aku jadi teringat Sean,” kata Faruq sesaat setelah mengambil kertas tersebut. “Sepertinya mulai sekarang anak itu harus berhati-hati jika ingin mengatakan hal seperti ini.”

“Tulisan dalam kertas itu bakal membuatnya marah karena ada orang lain yang berani mengklaim diri mereka seperti itu,” sahut Rehan seraya terkekeh.

Fara ikut terkekeh, walaupun dia mengetahui bahwa Sean pasti akan memprotes dan mengomel jika anak lelaki itu tahu bahwa mereka bertiga sedang membuat lelucon dengannya. Gadis itu pun meraih kertas tersebut dan mulai menyusun petunjuk yang telah didapatkannya secara berjajar di atas lantai.

“PERISTIWA KEMARIN HANYALAH PERMULAAN. BERKUNJUNGLAH KE TOKO YANG MUDAH TERBAKAR. PERMAINAN AKAN DIMULAI DARI SEKARANG.”

Tabel senyawa yang melingkari angka 9 dan 18.

Kertas yang menunjukkan nomor darurat 911.

“AKULAH SANG RAJA PERMAINAN.”

Fara menunjuk kata ‘permainan’ dari kertas pertama dan kertas yang baru ditemukan oleh Faruq. Gadis itu memberi penekanan pada kata tersebut dan menjelaskan bahwa dirinya merasakan sebuah desakan untuk menyelesaikan semua teka-teki ini untuk mendapatkan jawaban dari tujuan permainan tersebut.

“Aku juga sudah menduganya,” kata Faruq, anak lelaki itu menunjuk Rehan, “Sejak awal kita bisa bertemu disaat bersamaan seperti ini, rasanya seperti direncanakan.”

“Tetapi aku tidak tahu kalian ada di sini, aku hanya mengikuti Sean yang ingin bergegas pulang ke rumah,” kata Rehan, “Lalu tanpa sengaja kami mendengar suara dari dalam gedung, dan akhirnya kita bertemu lagi seperti ini.”

“Oh, lalu… tadi kalian bilang apa? Di ruang sebelah terdapat coretan? Coretan apa?” tanya Faruq.

“Angka 1 dan 9, angka-angka yang sama persis seperti yang kita temukan di awal,” Fara menunjuk tabel senyawa dan juga nomor darurat 911. Petunjuk angka tersebut terlalu jelas sekaligus membingungkan. Seolah pembuat teka-teki ini menyukai angka 1 dan 9 hingga susah untuk melepaskannya sekalipun dirinya sedang membuat permainan. Jika yang dikatakan Chelsea adalah benar, kalau angka tersebut adalah sebuah kelipatan. Berarti angka selanjutnya adalah 27 lalu 36 dan seterusnya. Apa kegunaan dari angka-angka tersebut? Bisa saja angka tersebut membuat semuanya menjadi semakin rumit dan lebih sulit untuk dipecahkan.

Fara melihat tabel senyawa dan mulai mencari urutan-urutan angka yang diambil dari kelipatan tersebut. Gadis itu memulainya dari angka 9 hingga angka 108, lalu dia menyusunnya menjadi sebuah kata-kata.

9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, 81, 90, 99, 108

F Ar Co Kr Rh Xe Eu Hf Tl Th Es Hs

Tidak ada jawaban.

Gadis itu hampir saja menyerah untuk memutar otak ketika dirinya teringat satu hal. “Ada berapa pintu darurat yang dimiliki sekolah ini?” tanyanya.

“Sekolah ini memiliki 6 lantai dengan 3 gedung. Total ada 18 pintu,” sahut Rehan, setelah mengatakan hal tersebut anak lelaki itu membelalakkan matanya.

Tampaknya Rehan juga mulai memahami sebuah petunjuk dari angka-angka tersebut. Anak lelaki itu menoleh ke arah Fara dengan raut wajah yang cerah seraya berkata, “Kau brilian!”

“Jadi… jika 18 mengarah ke pintu-pintu darurat, berarti angka 1 dan 9 mengarah ke kata ‘darurat’ yang merujuk pada tangga evakuasi darurat?” tanya Faruq, anak lelaki itu juga mulai memahami teka-teki tersebut merujuk ke mana.

“Kau tahu, mungkin ini melenceng dari topik pembicaraan. Namun aku baru menyadari keberadaan tangga itu saat ini,” kata Rehan.

“Kau tertular bodoh seperti Sean, ya?” ujar Faruq.

“Oke, cukup leluconnya untuk saat ini. Ayo kita pergi ke tangga darurat terdekat dan lihat ada apa di sana,” tutur Fara, gadis itu merasa adrenalinnya berpacu ketika akhirnya dia berhasil memecahkan satu teka-teki ini. Gadis itu segera memimpin kedua temannya menuju pintu darurat yang hanya berjarak beberapa meter dari koridor kelas Kimia.

Ketika mereka sampai, ada satu hal yang membuatnya mengalihkan perhatian. Tulisan Emergency yang berada di atas pintu darurat telah dicoret dibagian huruf C menggunakan cat warna putih dan digantikan dengan huruf S diatasnya.

Lihat selengkapnya