Sinar berjalan menuju rumah neneknya sambil bersenandung ria. Menenteng kantong plastik yang berisi sebungkus nasi dari warung masakan padang membuatnya tak sabar untuk menikmati bersama sang nenek. Sinar sampai di depan rumah sederhana dengan halaman luas yang asri. Terlihat di sana seorang wanita tua duduk di kursi depan sedang asyik merajut sehingga tidak menyadari saat cucu kesayangannya datang.
“Assalamualaikum, nenek sayang,” sapa Sinar lantas mengecup punggung tangan sang nenek dengan takzim.
“Waalaikum salam. Eh, ada cucu kesayangan nenek.” Wanita tua itu segera merapikan rajutan beserta perlengkapannya. Kemudian berdiri dan mengajak Sinar masuk ke dalam rumah.
“Itu kamu bawa apa, sih?” tanya Miranda melirik kantung plastik di tangan Sinar.
“Biasa, dong. Apalagi kalau bukan makanan kesukaan nenek. Nenek pasti belum makan siang, kan?“
Mereka berdua berjalan menuju ruang makan yang bersebelahan dengan aquarium besar yang menjadi pembatas antara ruang makan dan ruang tamu. Sinar mempersilakan Miranda duduk, sementara dia menyiapkan peralatan makan.
“Gimana persiapan kuliahmu besok?” tanya Miranda.
Sinar duduk tepat di sebelah Miranda. Dia membuka bungkus nasi sehingga wangi aroma khas masakan padang itu cukup terembus. Lalu menyodorkan sajian tersebut ke sang nenek.
“Udah beres semua kok, Nek. Sinar sedikit deg-deg-an deh, Nek. Tapi di sisi lain, Sinar juga enggak sabar banget buat besok.”
Miranda mulai menyuap nasi padang dengan tangan kosong untuk dirinya sendiri. Kedua kalinya dia menyuapi ke Sinar. Memang selalu begini. Sinar sudah tahu kebiasaan neneknya yang tidak pernah memakan satu bungkus utuh nasi padang. Mereka selalu memakannya bersama.
“Yang penting jangan lupa berdoa dan terus semangat, ya. Sinar kan, anak baik. Jadi nenek yakin kalau akan ada banyak hal baik yang datang pada Sinar.” Miranda memberikan tanggapan sekaligus semangat untuk sang cucu sematawayangnya.
“Amin.”
Mereka makan sambil bercerita berbagai hal termasuk kejadian di panti tadi, saat Riko memintanya mengajari cara memainkan piano.
“Kamu dari panti, ya?”