Genta adalah seorang cowok yang berkepribadian dingin dan ketus. Jangankan dengan orang yang baru dikenalnya. Ke tiga teman terdekatnya pun, Genta masih suka bersikap semaunya. Sebut saja dia berontak pada sekitarnya lantaran perhatian yang tidak pernah dia dapatkan dari orang tuanya. Sejak lahir, Genta bahkan tidak pernah mencicipi asi milik mamanya. Hanya para asisten rumah tangganya saja yang selalu merawat Genta sampai detik ini.
“Elo mau apain itu makanannya, Nta?” tanya Bary yang sejak tadi memperhatikan Genta memandangi kotak bekal dari Sinar.
“Isinya apaan sih, Nta?” Niko juga terlalu ingin tahu.
“Kalo elo enggak suka, tinggal buang aja, sih. Lagian belum jelas juga itu makanan dia bawa dari mana,” ucap Bela dengan ketus.
Sekitar 15 menit Genta duduk terdiam di hadapan kotak bekal dari Sinar. Bersama tiga temannya yang hanya saling pandang seolah menganggap kalau sikap Genta cukup aneh.
“Coba gue liat sebentar isinya apaan.” Niko membuka setengah penutup kotak bekal itu, lalu menutupnya lagi.
“Apaan isinya, Nik?” tanya Bary penasaran.
“Nasi padang,” jawab Niko sedikit berbisik.
“Wah, kalo gitu enggak boleh dibiarin terlalu lama tuh, Nta!” seru Bary yang sontak membuat Genta menoleh ke arahnya.
“Emang kenapa?” Genta tampak panik.
“Kata nyokap gue, nasi padang itu enggak boleh kelamaan enggak dimakan. Nanti cepet basi. Makanya, mending kalo elo enggak mau makan, buat gue aja,” dalih Bary diakhiri dengan sengiran penuh arti.
Genta berdiri seraya membawa kotak bekal itu. Dia juga menyampirkan ransel di bahunya.
“Mau kemana, Nta?” tanya Bela ketika Genta bersiap pergi.
“Gue mau balik,” jawab Genta sambil berlalu.
“Lho, Nta. Kan, masih ada kelas lagi hari ini.” Niko bingung.
“Ijinin gue!” teriak Genta yang berlari menghilang di balik pintu.
Ketiganya hanya saling membagi pandang dengan kening berkerut.
*****
Keesokan harinya, tidak ada yang berbeda dari suasana kampus seperti biasanya. Tidak begitu ramai, tidak juga terlalu sepi. Sama seperti langkah Sinar yang tidak berubah. Selalu ringan dan senantiasa diiringi dengan raut wajah semringah yang bersemangat. Namun, ada satu hal yang menyita perhatian Sinar ketika hendak memasuki kelasnya. Cowok itu berdiri di sana.
“Mas Genta? Ngapain di sini?” tanya Sinar heran.
Genta menyodorkan kotak bekal milik Sinar ke arahnya. “Gue mau balikin ini.”
“Isinya udah dihabisin?”