Jantung Sinar berdetak kencang. Rasanya seperti ingin keluar dari tempatnya. Dia mempercepat langkahnya sambil memegang dadanya, berusaha menghindari Genta. Apa yang terjadi padanya merupakan pengalaman pertama kali untuknya. Suasana sekitar kampus sudah sepi, hanya satu sampai dua orang yang melintas jauh di sekitar sana.
“Aku bingung. Ini pertama kalinya ada seorang cowok yang ngajak aku pacaran. Aku harus gimana?” gumam Sinar dalam hati sampai tidak fokus dengan keadaan sekitar. Dari arah depan terlihat motor melaju kencang dan hampir menyerempet Sinar. Untungnya Genta langsung menarik tangan Sinar, menyelamatkannya dari kecelakaan yang bisa saja merenggut nyawa. Sinar terkejut saat kesadarannya kembali. Yang terdengar hanya umpatan si pengendara motor yang sudah melalu meninggalkannya. Pandangannya tertuju pada wajah cowok berhidung kecil nan mancung di depannya ini.
"Pulang bareng gue. Gue yang antar.” Ucapan itu lebih mirip perintah dibandingkan dengan pernyataan. Sinar buru-buru menghindar dari Genta mengingat bahwa cowok inilah yang membuat jantungnya berdetak kencang. Dia tidak mau jika terus bersamanya menyebabkan terkena serangan jantung di usia muda.
“Enggak usah, Mas. Saya enggak mau ngerepotin Mas Genta terus,” kelitnya.
“Enggak ngerepotin. Udah buruan ikut gue.”
“Tapi tetep aja ini enggak aman buat jantung saya, Mas,” ujar Sinar polos..
Genta mengernyit bingung. “Kenapa emang? Elo sakit jantung?”
Sinar memegang dadanya dengan raut wajah merajuk. “Tuh kan, jantung saya dag-dig-dug kenceng banget kalo di deket Mas Genta kayak begini.” Ucapan lugu dari Sinar sukses membuat cowok itu pias. Genta mengusap tengkuk lehernya kemudian tersenyum. Entah kenapa sebesit rasa itu kembali menyeruak di relung hatinya. Gadis itu ternyata sudah mulai mengambil dunianya. Saat ini yang Genta inginkan hanyalah berada di sisi sang gadis dan tidak mau jauh darinya. Genta tersenyum senang, lalu menarik tangan Sinar berjalan menuju mobilnya yang berada di area parkir kampus.
Suasana di dalam mobil terlihat canggung dan sunyi. Sinar mengalihkan pandangannya ke arah jendela dan lalu lintas yang kian padat merayat. Sementara Genta berusaha fokus dengan kemudi meskipun debaran jantungnya yang entah kenapa tidak bisa bekerja seperti biasanya. Sesekali dia menghela napas untuk menetralkan perasaan dan debaran jantung yang kian menggila.