Sinar untuk Genta

Rika Kurnia
Chapter #10

Bab Sembilan - Menjelang Hari Pertunjukan

Sinar celingak-celinguk di kelas terakhir kali dia tahu kalau itu adalah kelasnya Genta. Sayangnya, sosok cowok itu tidak bisa Sinar temukan di setiap sudut ruangan. Bahunya melorot lemas. Kedatangan Bela dari arah dalam kelas, berhasil mengubah raut wajahnya.

“Mbak, Mbak. Kalau enggak salah, mbak ini yang kemarin pernah gabung sama Mas Genta, kan? Mbak temannya Mas Genta, ya?” tanya Sinar menghentikan Bela di ambang pintu.

Gadis yang memiliki perawakan ideal itu memandang Sinar dengan sinis. Dia menelisik penampilan Sinar dari atas kepala sampai ujung kaki. Jelas sekali dari cara pandangnya kalau Bela tidak menyukai Sinar.

“Ada urusan apa lo cari-cari Genta?” Bela bertanya balik, dengan ketus.

Belum sempat Sinar menjawab, dari arah lain cowok yang menjadi perbincangan pun datang. “Ngapain lo di sini?” tanya Genta ke Sinar.

Sementara Bela memperhatikan Genta, lalu bergantian ke Sinar. Ada rasa curiga yang mulai tertanam di perasaan Bela.

“Ada yang mau saya omongin sama Mas Genta. Soal kemarin,” sahut Sinar.

Cowok itu melirik ke Bela. Dia mengerti maksud Sinar, sehingga tidak ingin jika Bela sampai tahu tentang obrolan mereka. Maka, Genta cepat-cepat menarik tangan Sinar untuk berpindah ke taman kampus yang jaraknya cukup jauh dari kelas. Secara diam-diam, Bela yang penasarannya semakin mencuat, memutuskan untuk mengikuti Genta dan Sinar.

Mereka sudah berada di tengah-tengah taman kampus. Karena cuaca masih belum begitu terik, masih cukup banyak mahasiswa/i berlalu lalang di area ini. Ada yang sedang berkumpul di bawah pohon sambil duduk beralaskan rumput hijau. Ada juga beberapa pasangan yang terlihat asyik bergurau di sudut berbeda. Tidak sedikit pula mereka yang serius membaca buku sambil duduk di bangku yang tersebar di area taman.

Sementara Genta dan Sinar memilih tempat teduh di bawah pohon rindang untuk mereka berbicara. Dan tanpa mereka tahu, dari balik pohon ini Bela sedang menguping.

“Apa yang mau elo omongin ke gue?” tagih Genta serius. Cara bicaranya masih sama seperti yang sudah-sudah. Ketus, dingin, dan mengesalkan.

“Saya ... saya mau jawab soal pertanyaan mas Genta kemarin sore. Di ruang piano,” ucap Sinar sedikit tersendat.

“Omongan yang mana, ya? Kok, gue lupa?” Cowok itu diam-diam menyulut senyumnya. Namun, tetap berusaha tidak ketahuan Sinar yang memang sengaja sedang dijahili.

“Masa lupa? Kan, Mas Genta sendiri yang minta saya buat jadi .... “ Sinar tidak sadar dengan intonasi suaranya yang meninggi. “Pacarnya mas Genta,” lanjutnya dengan memelankan suara sekecil mungkin. Wajah gadis itu merah merona. Bahkan, dia perlu menundukan wajah untuk menyembunyikan rasa malunya. Genta sudah berhasil mengerjai Sinar.

“Terus jawaban elo apa?”

Lihat selengkapnya