Sinar untuk Genta

Rika Kurnia
Chapter #11

Bab Sepuluh - Kegelapan

Pengemudi sedan itu hendak menelepon seseorang, ponselnya terjatuh. Dia berupaya mencari ponselnya dengan meraba-raba, sesekali pandangan terbagi antara kemudi dan mencari ponselnya. Tak lama kemudian dia kehilangan keseimbangan dalam menyetir dan melawan arah. Dari arah depannya melaju sebuah mobil dengan kecepatan sedang dan akhirnya kecelakaan itu tak dapat terelakan lagi.

Suara sirene ambulan terdengar memekakan telinga. Terlihat mobil ambulan berhenti di depan IGD sebuah rumah sakit yang terletak tidak jauh dari lokasi kejadian. Beberapa petugas medis menyambut dengan brangkar. Kesibukan luar biasa terjadi di sana. Sepasang suami istri terbaring di atas berangkar yang berbeda dengan keadaan luka parah dan tidak sadarkan diri. Mereka adalah Hadi dan Riana. Tak lama kemudian terlihat ambulan kedua yang membawa dua orang muda mudi yang sama-sama tidak sadarkan diri dan terluka parah pada bagian kepala. Suara brangkar yang didorong serta keriuhan para petugas medis yang segera memberikan pertolongan. Ruangan IGD yang tadinya sunyi berubah menjadi riuh ramai. Lelaki muda itu sempat siuman dan melihat sosok gadis yang terbaring di samping brangkarnya. Pandangannya yang buram saat melihat sosok gadis mirip dengan yang dia kenal, benturan di kepala menyebabkannya kembali pingsan.

    Dua orang Dokter senior memeriksa Hadi dan Riana dibantu dengan beberapa perawat. Mereka ditempatkan pada bilik ruang di IGD yang hanya terpisah oleh kelambu. Monitor pasien dan beberapa kabel terpasang pada tubuh Hadi dan Riana.

    “Dok, Pasien laki-laki saturasi oksigennya menurun, denyut jantung tiba-tiba berhenti,” ucap salah satu perawat saat melihat monitor. Beberapa dokter jaga berlari menuju bilik Hadi

    “Siapkan defibrilator, kita lakukan sekarang!” Beberapa kali tindakan dengan alat kejut jantung ternyata tidak bisa menyelamatkan nyawa Hadi. Dokter itu juga meminta perawat untuk menutupi seluruh tubuh Hadi dengan kain.

    Di sisi lain, kesibukan juga terjadi pada bilik ruang Riana. Setelah melakukan beberapa tindakan pemeriksaan seperti CT scan, pemeriksaan darah, dan lainnya. Dokter memerintahkan perawat untuk segera memanggil keluarga korban untuk menjelaskan kondisi para korban kecelakaan.         

“Mereka seperti pasangan suami istri, suaminya telah berpulang, sedangkan istrinya sedang di masa kritis yang memerlukan tindakan operasi. Tolong siapkan ruang operasi sekarang. CITO! Hubungi keluarganya agar menghadap saya secepatnya!” perintah salah dokter kepada perawatnya. Segera perawat tersebut bergegas meninggalkan ruangan. 

    Pada bilik yang berbeda, terdapat Sinar dan seorang lelaki. Keadaan mereka tidak terlalu mengkhawatirkan, hanya saja ada beberapa masalah pada area sekitar wajah Sinar. Sementara itu di depan ruang IGD terlihat Miranda, Andin, dan Ruri tampak cemas. Miranda terduduk lemas sementara Ruri menenangkannya. Air mata tak henti-hentinya mengalir diwajah keriputnya, sedangkan Andin tampaknya tidak bisa duduk dengan tenang. Terkadang dia berdiri, berjalan mondar-mandir lalu duduk lagi. Siapapun yang mengalami hal buruk pada orang-oarang tersayang pasti akan merasakan kecemasan yang mendalam.  

Pintu IGD terbuka kemudian seorang perawat datang menghampiri Mira.

“Keluarga Bapak Hadi dan ibu Riana?”

“Iya, sus. Bagaimana keadaan anak dan menantu saya? Tanya Miranda cemas.

“Ibu diminta untuk menemui dr.Satrio. Beliau yang akan menjelaskan kondisi anak dan menantu Ibu.” Setelah berkata seperti itu perawat mengantar Mira dan Ruri masuk ke dalam ruangan dr. Satria. Sementara Andin sengaja menunggu di depan ruang IGD. Mendoakan Sinar agar tidak terjadi hal yang buruk.

Lihat selengkapnya