Sinar untuk Genta

Rika Kurnia
Chapter #14

Bab Tigabelas - Putus Asa

Keesokan harinya adalah sama bagi Sinar. Dia harus kembali membuka matanya dan menghadapi kenyataan pahit kalau dirinya sudah sangat berbeda. Di mana dia tidak bisa lagi menyaksikan sinar mentari pagi yang selalu membuatnya bersemangat. Tidak ada lagi keramaian kota yang bisa dikagumi oleh matanya yang terus berbinar. Serta, Sinar sudah tidak bisa melihat wajah hangat orang-orang yang disayanginya. Rasanya sangat menyesakan kalau hal-hal indah itu sudah hilang ditelan gulita. Sinar hanya bisa pasrah dan mengharapkan sesuatu yang mustahil kalau semua itu cuma mimpi.

Harusnya jam segini Sinar sudah rapi untuk bersiap ke kampusnya. Akan tetapi gadis itu masih berada di atas ranjangnya. Dia sudah bangun sejak tadi. Hanya saja rasa semangatnya semakin pudar dengan seiringnya waktu.

“Sinar sayang. Kok, kamu belum bangun? Emangnya hari ini kamu enggak ada kelas?” Miranda mengusap sisi bahu Sinar yang membelakanginya. Lalu gadis itu berbalik menghadap ke sang nenek.

“Sinar ada kelas, Nek. Tapi ... Sinar enggak usah kuliah aja ya,” ucapnya dengan lesu.

“Lho, memangnya kenapa? Kamu sedang tidak enak badan?” Dengan telapak tangannya, nenek Miranda memeriksa kening Sinar. Suhu tubuhnya normal.

“Sinar udah kesulitan main piano, Nek. Di kampus juga ada beberapa orang yang iseng sama Sinar. Makanya lebih baik Sinar di rumah aja sama nenek,” ungkapnya dengan wajah memelas. Pemandangan yang seketika membuat perasaan sang nenek remuk.

“Sinar, nenek tau perasaan kamu. Tapi ....”

Belum sempat nenek Miranda melanjutkan ucapannya, Sinar menyelanya. “Enggak. Siapapun enggak ada yang bisa ngerti sama perasaan Sinar. Termasuk nenek. Hidup Sinar sekarang udah berubah drastis, Nek. Kondisi Sinar udah enggak sama lagi. Apa lagi orang-orang yang Sinar sayang juga udah pergi. Dan Sinar enggak kuat kalau harus begini terus.” Dia menangis, terisak.

Miranda mendekat ke Sinar. Dia merangkul dan memeluk cucunya. Air matanya juga tidak bisa tertahan lagi.

“Sinar bingung, Nek. Kenapa Tuhan jahat sama Sinar. Padahal Sinar selalu berusaha untuk jadi anak yang baik. Sebenarnya salah Sinar apa, Nek?” Gadis itu semakin sesenggukan. Praktis membuat perasaan Miranda juga semakin teriris perlahan.

“Sinar enggak salah, sayang. Kamu jangan berbicara seperti itu, ya. Justru Tuhan sangat mencintai kamu karena sekarang Sinar sedang diperhatikan oleh-Nya. Tuhan mau memberikan Sinar hadiah terindah setelah Sinar bisa melewati ini. Kamu yang sabar ya, sayang. Ada nenek di sini.”

Apapun yang diucapkan neneknya, selalu berhasil membuat perasaan Sinar menjadi lebih tenang. Keyakinannya juga meningkat sesuai apa yang dikatakan sang nenek. Sinar akan mencoba bertahan lebih kuat lagi.

Lihat selengkapnya