Ruangan musik siang itu berbeda dari biasanya. Suara percakapan dari sepasang pemuda-pemudi terdengar dari luar.
“Mas Genta inget nggak, saya pernah minta Mas Genta datang ke aula kampus buat lihat saya main piano?” tanya Sinar membuka obrolan.
Genta berpikir keras. Entah kenapa ucapan yang Sinar maksud tidak bisa muncul diingatannya.
“Sebelum saya sampai ke kampus, saya mengalami kecelakaan. Alhasil saya enggak bisa tampil di acara itu. Tapi ternyata dosen musik saya kasih kesempatan saya buat ikut seleksi lagi. Kalau saya lolos, nanti saya akan tampil di acara tahunan kampus mendatang.”
“Terus?”
“Sekarang saya mau mulai serius latihan. Dan berkat adanya Mas Genta juga, entah kenapa saya juga jadi lebih bersemangat. Mas Genta mau kan, nemenin saya di sini sampai selesai?” pinta Sinar penuh harap. Seolah hanya Genta yang mampu memberikannya amunisi semangat.
“Nemenin doang pake diminta. Udah jelas gue akan terus nemenin elo di sini. Jadi elo tenang aja, ya.”
Sinar pun tersenyum. Namun, ekspresi Genta berikutnya kembali memikirkan perkataan Sinar diawal. Tentang kejadian yang tidak ada di ingatannya itu. Butuh usaha keras untuk Genta bisa memunculkan kejadian saat dia berdebat dengan orang tuanya. Setelah itu, tidak ada lagi yang bisa dia ingat.
Kemudian gadis itu memulai latihannya. Tuts-tuts yang ditekan menimbulkan irama yang indah dan luar biasa. Jemari lentik Sinar seakan menari-nari dengan indahnya di atas piano. Berhasil membuat Genta tersentak dan membuyarkan lamunannya. Rasa kagum dibalut dengan sayang membuat cowok itu tersenyum tulus. Tanpa terasa dua lagu tuntas Sinar mainkan. Genta spontan bertepuk tangan serta berseru gembira. Pemuda itu sungguh takjub dengan kepiawaian Sinar memainkan piano dengan sangat indah.
“Elo bener-bener luar biasa, Nar. Gue kagum sama Elo. Gue yakin lusa, elo pasti keren,” puji Genta yang membuat raut wajah Sinar bersemu merah.
“Hehe, makasih, Mas. Ini semua berkat Mas Genta yang udah mau nemenin saya terus. Bikin saya jadi tambah semangat. Saya jadi bahagia, deh,” ucap Sinar dengan wajah berbinar.
“Ini minum dulu, Elo pasti haus,” kata Genta sambil menyerahkan sebotol air mineral yang tutupnya sudah dibukakan ke Sinar. Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Hati Sinar sangat bahagia, berkali-kali dia mengucap syukur kepada Tuhan karena moment yang indah ini. Setelah selesai semua, Mereka kemudian merapikan dan menutup piano perlahan lalu berjalan meninggalkan ruangan.
*****
Nuansa ruangan dengan ornamen perpaduan gold dan hitam mendominasi ruang keluarga milik Yoga. Ruang tamu ini didesain minimalis tetapi terlihat elegan. Beberapa guci keramik mahal tertata rapi di beberapa sudut ruangan. Pigura besar dengan gambar foto keluarga terpampang di sana. Penataan ruangan yang begitu apik membuat siapa saja betah untuk berlalma-lama di sana.