Sinar untuk Genta

Rika Kurnia
Chapter #28

Bab DuapuluhTujuh - Menuju Akhir

Genta dilarikan ke IGD sebuah rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari gedung kampus Pratama. Di antara orang-orang yang menyaksikan kejadian beberapa jam tadi, ada yang menghubungi ambulan. Sementara Sinar, dia masih duduk di ruang tunggu dengan perasaan teramat cemas. Dia hanya bisa menggenggam tongkatnya kuat-kuat. Sekarang Genta sedang berada di dalam ruang operasi. Dokter harus segera menanganinya karena keadaan yang sangat darurat. 

Tidak lama kemudian, Yoga dan Sinta datang dengan berlari. Mereka terlihat sangat cemas dan gelisah. Sama seperti Sinar. Lalu Yoga melirik ke posisi Sinar. Pria itu tidak mengatakan apapun. Tujuannya hanya untuk Genta, putranya. Sedangkan Sinta sudah bersimbah tangis saat pihak rumah sakit meneleponnya untuk memberitahu kabar buruk ini. 

Operasi selesai. Seorang dokter keluar dari ruang operasi dan memberikan penjelasan medis mengenai keadaan Genta kepada Yoga dan Sinta. Sementara Sinar yang tidak bisa bertanya langsung hanya bisa mendengarkan diam-diam. Setelah mendapatkan penjelasan yang kurang baik, Sinar kembali duduk dengan lemas. Seperginya dokter, Yoga langsung mendekat ke Sinar. Pria itu berdiri di hadapannya.

“Ini semua gara-gara kamu! Sejak kamu terlibat di dalam hidup Genta, dia selalu sial!” Yoga murka. Sekuat mungkin Sinta mencoba untuk menghalangi suaminya agar menghentikan emosinya.

“Pah, tolong tenang. Ini di rumah sakit. Jangan sampai papah semakin memperkeruh keadaan. Kasian Genta, Pah,” ujar Sinta.

Sinar hanya bisa diam seperti manekin. Dalam hati kecilnya, dia membenarkan apa yang disebutkan Yoga. Bahkan, Sinar mulai merasa kalau kecelakaan waktu itu adalah karenanya. Hidup Genta menjadi sial karena dirinya.

Dari ruang operasi, Genta dipindahkan ke ruang ICU VVIP. Banyak alat-alat medis yang menempel di tubuhnya. Apalagi mesin detak jantung yang berbunyi sangat nyaring mengisi seluruh ruang kamar ini. 

Sinar benar-benar frustrasi karena tidak bisa melihat keadaan Genta. Dia hanya bisa merasakan kalau cowok itu berada dalam keadaan yang sangat buruk. Mendengar suara pintu terbuka, Sinar berjengit. Itu Sinta yang keluar dari ruang rawat Genta.

“Lebih baik kamu pulang. Tidak ada yang bisa kamu lakukan di sini. Kami sebagai orang tuanya yang akan menjaga Genta,” ucap Sinta dengan sopan. Tidak seperti Yoga yang selalu sinis pada Sinar.

“Tapi apa boleh saya bertemu dengan Mas Genta sebentar?” tanya Sinar dengan memelas. Dalam hatinya sangat berharap. 

“Saya bisa memberi izin ke kamu. Tapi suami saya pasti akan menentangnya. Jadi tolong, untuk saat ini kamu pulang aja dulu. Kamu bisa kembali lagi besok. Saya akan bersaha membujuk suami saya.”

Sinar mengangguk pelan. Lantas Sinta kembali ke ruang rawat Genta. Meninggalkan Sinar yang menangis meratapi nasibnya. 

*****

Keesokan harinya, Sinar meminta Andin untuk menemaninya ke rumah sakit. Semalaman dia terus terjaga karena memikirkan Genta. Perasaannya tidak bisa tenang sedetikpun. Hari ini, penantiannya pun terbayar. Dia bisa masuk ke ruang rawat Genta setelah Sinta berusaha keras membujuk Yoga. Meski begitu Yoga tetap tidak mau menemui Sinar secara langsung.

Andin sengaja membiarkan Sinar masuk seorang diri ke tempat Genta berada. Sekarang Sinar sudah duduk tepat di sebelah Genta. Semalam cowok itu sudah sadarkan diri. Hanya saja kondisinya masih sangat lemah.

Sinar menjulurkan tangannya guna mencari tangan Genta. Saat sudah menyentuh salah satu jemarinya, Sinar malah tidak kuat menahan tangisnya. Dia terisak tetapi tidak bersuara. Dadanya seperti terhimpit bebatuan besar sehingga sangat menyesakan rasanya.

“Maafin saya, Mas Genta. Ini semua salah saya,” ucapnya lalu menutupi wajah dengan kedua tangan. Dia takut kalau tangisannya akan membuat Genta terbangun dari tidurnya.

Benar saja, ada pergerakan halus dari mata Genta yang terbuka perlahan. “Si ... nar?”

Gadis itu cepat-cepat menghapus sisa-sisa air matanya. “Mas Genta bangun karena saya berisik, ya?”

“Maaf. Gue selalu bikin elo nangis,” ucap Genta masih terbata-bata. Kondisinya belum pulih benar.

Lihat selengkapnya