Kantin. Ya! Tempat dimana siswa merasa paling asyik, dan tempat yang paling dapat menenangkan pikiran setelah UKS setelah para siswa mengutat pembelajaran di kelas selama kurang lebih dua jam.
Tak terkecuali bagi tiga manusia ini, Albar, Rey, dan Athala. Kini mereka sedang duduk di bangku kantin untuk menikmati sarapan pagi mereka.
Albar melahap minuman dan makanan yang ada dihapannya dengan sangat tenang, begitu pula dengan Rey. Tapi berbalik seratus depalan puluh derajat untuk Athala, dirinya sangat berisik membicarakan hal-hal yang tidak Albar dan Rey pahami.
Dimulai dari game among us, komik ber-genre thriller yang berada di platform sebelah, sampai berita terkini seputar aktris remaja idolanya sungguh super duper lengkap dari a sampai z Athala tau.
Rey menaruh sendok makannya dengan kasar, lalu melirik tajam Athala. “Lo ini murid atau lambe turah sosmed sih?”
Athala terdiam, begitu pula dengan Albar. “Lo nanya ke gue atau Albar?” ucap Athala pura-pura bingung.
“Nanya ke penunggu kantin yang lagi duduk di sebelah lo.” ujar Rey agak sarkas.
Athala refleks loncat ke samping kanan, membuat Albar yang duduk disamping mau tak mau memangku Athala kini.
“Heh, mbak kunti mana lo? Sini lo, tunjukin mukak lo itu. Gue gak takut. Mana lo? Mana?” ucap Athala sok berani.
Albar dan Rey menepuk jidat mereka masing-masing. Athala ini masih waras atau tidak sih, pikir mereka. Mana ada hantu bergentayangan di siang hari.
Albar dan Rey saling tatap. “Bukan temen gue!” ucap mereka bersamaan.
“Siapa yang bukan teman kalian?” Tanya Athala dengan polosnya.
“ELO!” ujar Rey dan Albar bersamaan.
Athala kikuk kebingungan. “Emang gue kenapa? Gue kan anak yang kind-hearted and not sombong.”
“Lo itu baik hati dan tidak belagu, kalau lagi ada maunya.” kata Albar memberi penekanan pada kata belagu.
”Eh guys, hantunya kira-kira kemana ya? Kok gak ada disini?” Athala melihat ke sekitar. “Atau jangan-jangan lo punya indra ke-enam, jadi elo bisa lihat mbak kunti sedangkan gue yang gak punya indra ke-enam gak bisa lihat, gitu maksudnya?”
“Oh elo mau punya indra ke enam, Tha?” Rey bertanya serius, ia memiiki ide cemerlang sekarang. Haha! Just wait and see!
“Banyak pertimbangan sih, Rey. Tapi gue akan coba.” ujar Athala sedikit waras.
”Gimana caranya gue punya indra ke-enam?”
“Pertama, lo turun dari paha gue sekarang. Beraaatt ayam!!” Albar merasa keram di pahanya sekarang.
“Pantes aja kok empuk kursinya. Heheh.” kata Athala kurang ajar.
Albar meluruskan kakinya agar peredaran darahnya bisa lancar seperti semula saat ini. Ah, Athala itu memang benar-benar!
“Cepetan kasi tau gimana caranya bambang!”