Sincerite

Thata Adi
Chapter #7

Tragedi di Toilet Usang Pojok Sekolah

Tampak seorang remaja kini tengah mengacak-acak rambutnya sambil mencari letak ponselnya berada. Ia baru saja bangun tidur di sebuah pojokan toilet usang sekolah. Ya! Siapa lagi kalau bukan Azka.

Azka mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih setengah lilin, lalu menguceknya sebentar. Alarm yang ia buat tadi tiba-tiba saja berbunyi, menandakan ia sudah dua puluh lima menit tidur di toilet usang ini. Kemudian ia merenggangkan pinggangnya yang sangat pegal itu. Sangat melelahkan sekali!

Tanpa sengaja ia mendengar suara bising di sekitarnya. Seperti suara orang tengah merayakan ulang tahun, dan itu terjadi di...luar pintu toilet itu. Ya, dirinya pasti tidak salah dengar. Ah mana mungkin siswa-siswa di sekolah ini merayakan ulang tahun di toilet pojokan yang usang seperti ini?

“Tapi, kalau suara itu, bukan suara manusia gimana dong? Aaah ngerriii.” Batin Azka. “Tapi kalau suara manusia asli, ngapain mereka buat party di sini? Kan bisa di tempat yang lain.” Pikirnya lebih kritis lagi.

Azka mengintip ke arah luar melalui celah-celah yang ada di pintu toilet itu. Deg! Lalu ia refleks menutup mulutnya agar tak teriak.

Azka memeluk badannya erat-erat. “Hah, hah. Itu ha-han-hantu? Gue bisa liat hantu?” Azka menggelengkan kepalanya kuat-kuat sambil mencubit pipinya. “Sakit! Ini mimpi kan? Iya?” Lalu ia kembali mencubit pipinya.

“Ah sakit! Gak, gak. Ini gak bener. Masa gue cuma numpang tidur disini doang bisa liat hantu. Hii enggak. Gak. Ini pasti ada yang gak beres.” Ucapnya tak percaya.

Azka menggigit kuku jarinya sambil mondar-mandir di dalam sebuah bilik dimana ia berada sekarang. Ia berpikir keras saat ini. Ia memikirkan bagaimana caranya ia pergi secepatnya dari tempat ini. Ia sudah tak sanggup lagi berdiam diri di toilet usang ini.

“Apa gue langsung aja lari ya? Ah, gak mungkin deh. Hantunya pasti langsung kejar kan?”

Azka mengacak-acakkan rambutnya, kesal terhadap situasinya saat ini. “Atau gue telfon Pak Mangdi aja ya? Ah iya ide bagus!”

Azka mencari-cari nomor ponsel Pak Mangdi di ponselnya saat ini. Ah, ketemu! Untung saja ia tahu semua nomor-nomor ponsel staf di sekolah ini, syukur sujud tuhan batinnya.

“Angkat dong Pak, angkat! Jangan molor dulu ah.” Sudah dua panggilan yang Azka lakukan namun belum juga di angkat. Sial! Pasti pak Mangdi tengah mimpi indah sekarang.

Azka mengintip lagi melalui celah yang tadi. Berharap hantu yang tadi sudah pergi dari sini. Namun, Degh!

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARH!” Azka mendekap mulutnya. Ia kelepasan. Hantu itu tadi menatap ke arah pintu bilik toilet tempat ia berada saat ini.

Terlihat hantu itu di mata Azka, matanya sangat merah menyala, badannya sangat basah dan dipenuhi bunga-bunga yang sakral. Dan dilehernya di hiasi kalung bunga-bunga. Sial, ternyata hantu itu masih ada disini. Mampus sudah dirinya sekarang.

“Bagaimana ini?” Keringat dingin mengucur di pelipisnya dengan deras secara tiba-tiba. Ia kembali mencoba menelfon pak Mangdi, tapi hasilnya tetap sama, tak terjawab. Pikirannya sudah buntu. Mengapa di saat-saat seperti ini otaknya tak bisa berpikir, ah ayolah Azka.

Lihat selengkapnya