Albar melambaikan tangannya setelah turun dari mobil Rey seraya tersenyum tipis. Kemudian ia mengibas-kibaskan tangannya, berharap angin segar bisa datang lebih cepat saat ini. Hufft, sang surya bersinar sangat terang memancarkan cahaya keemasannya itu membuat keringatnya mulai berkucuran setelah turun dari mobil yang ber-AC.
Albar berjalan sekitar tujuh puluh lima meter lagi untuk sampai di rumahnya. Benar-benar hari yang sangat panjang baginya. Banyak sekali rupanya kejadian yang mungkin tak akan terlupakan baginya yang terjadi hari ini, mulai dari Azka yang lupa membuat pr sehingga ia meminta jawaban darinya, sampai akhirnya dihukum Bu Tri karena itu. Semua teman sekelasnya tiba-tiba meminta bantuannya mengerjakan tugas, tragedi toilet usang tempat surprise ulang tahun Athala, hingga tragedi Azka pingsan di toilet usang pojok sekolah. Hah, benar-benar hari yang sangat melelahkan sekali.
Albar membuka pintu lalu masuk ke dalam rumahnya dengan badan yang sangat lelah sekali, mungkin ia sebaiknya mandi setelah ini. Tapi tiba-tiba...
Degh! Pandangannya kini terpusat pada seseorang. Bukan sapaan hangat yang ia dapatkan, melainkan.....
Ia melihat Ibunya yang tengah melipat tangannya di depan dada yang tengah menatapnya tajam saat ini. Ah ada apa ini?
”Masih ingat sama rumah?” tanya Ana—Ibu Albar sarkas tanpa melihat Albar.
Albar menggigit bagian bawah bibirnya. Bukannya ia tadi sudah mengirim chat kepada Ibunya?
“Ke-kenapa, Ma?” tanya Albar agak takut.
Ana melihat Albar tajam. “Sekalian aja gak usah pulang lagi. Liat udah jam berapa?”
Albar melihat jam dinding yang berada di dinding berwarna putih disana. Yak, saat ini sudah pukul tiga sore. Sudah lambat dua setengah jam dari jam pulang sekolahnya yang normal.
Tapi, Albar tidak boleh takut. Ia kan tidak salah, karena tadi siang dirinya sudah mengirimi chat kepada Ibunya, bahwa ia akan pulang telat hari ini.
“Albar udah kirim chat kok tadi siang. Bilang kalau Albar pulang telat.” kata Albar jujur.
Ana mendelik, kemudian ia menyodorkam ponselnya tepat di depan wajah Albar. “MANA? ADA GAK CHAT KAMU DISINI?!” ujar Ana berapi-api.
Albar berdiri gemetar, kemudian ia melihat daftar chat-chat yang masuk di ponsel Ibunya itu. Nihil. Tak ada chat yang masuk darinya. Ah mengapa bisa seperti ini?
Albar mengatur napasnya dan menatap Ibunya setengah takut. “Tapi Albar bener kok udah kirim chatnya.” ucap Albar sangat-sangat jujur.
”HALAH!! ALAAASAAN AJA KAMU!! Sekalian aja nginep di jalanan selamanya!” kata Ana tega.
Albar kemudian merogoh sakunya, ia harus mengecek chatnya yang ia kirim tadi siang, apa benar tidak masuk. Degh! Albar menelan salivanya susah payah. Mengapa terdapat notifikasi ‘Pesan tidak dapat dikirim’?
Kemudian ia masuk ke room chat Ibunya, ah ternyata chat yang ia kirim tadi siang tidak dapat terkirim. Ah kenapa chatnya gak masuk sih?! batin Albar. Kemudian ia cepat-cepat mengecek sisa kuotanya.
Tling
Sebuah pesan masuk, lalu Albar cepat-cepat membukanya. “Kuota internet! Anda telah habis. Anda akan dikenakan tarif non paket jika seluruh kuota telah habis. Silahkan cek kuota internet lainnya atau aktifkan kembali paket Anda di *363#.”
Jdeer!! Bagaimana ini?! Ah sial sekali. Kenapa pakai acara kuota habis segala sih, gerutunya. Kemudian Albar menatap Ibunya dengan tatapan memelas.
Albar menelan salivanya susah payah. Mulutnya terasa kaku untuk mengucapkan sepatah kata saat ini. “I-it-itu.....” ucap Albar takut.
Ana melototkan matanya lebih tajam lagi, alasan apalagi yang akan digunakan anaknya yang satu ini.
“Ku-ku-kuo-kuo-kuota Albar ha-habis Bu.” kata Albar terpotong-potong.
“OH JADI SEKARANG ALESAN KUOTA HABIS. GITU HAH?!” ucap Ana berada di puncak kemarahannya saat ini.
“SIAPA YANG NGAJARIN BOHONG-BOHONG SAMA ORANG TUA HAH?!”