Sang Surya perlahan-demi perlahan mulai meredupkan sinarnya di bumi, membuat Albar harus segera menyelesaikan tugasnya untuk esok hari.
Albar menutup buku tulis Bahasa Inggrisnya yang sudah ia corat-coret dengan jawaban cerdasnya. Kemudian ia kembali bergabung ke dalam grup video call-nya setelah ia mute selama ia mengerjakan tugasnya.
Disana terlihat jelas sekali wajah-wajah putih bersih nan halus sahabat-sahabat yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan dirinya yang agak kusam. Bukannya Albar tak peduli dengan wajahnya itu, tapi, ah nanti kalian pasti akan tahu alasannya.
Yup! Siapa lagi kalau bukan Rey dan Athala? Rey dan Athala kini juga sedang membuat pr mereka masing-masing. Tapi Albar yang selesai pertama karena ia mengikuti sebuah percakapan casual yang ia dapat melalui app Tiktok.
“1 tahun kemudian...” Ucap Albar meledek kepada sahabatnya melaui sambungan telepon itu.
“Woe, lo udah lese, Bar? Tumben amat.” Ujar Athala tak percaya, karena dirinya lah yang biasanya selesai paling pertama membuat pr bahasa Inggris.
“Gue juga udah lese.” Ucap Rey dari seberang sana.
Athala menggebrak meja belajarnya di seberang sana. “Tega kalian! Harusnya gue dong yang lese pertama. Kan gue guru bahasa Inggris kalian anak-anak!”
Fyi, Athala ini memang keturunan berdarah Amerika x Indonesia yang tentu saja skill bahasa Inggrisnya tak perlu diragukan lagi. Bahkan untuk menghapal English speech saja dia hanya perlu waktu sehari.
“Ngoceh aja lo, Tha.” Sarkas Rey.
Athala menjulurkan lidahnya. “Biarin, yang penting pasti nanti gue dapet nilai paling bagus.” Ujar Athala sombong.
”Let’s see! Siapa yang bakal menang kali ini.” Ujar Albar tak kalah menantang.
Athala memonyong-monyongkan bibirnya meledek. “Second runner up berani menantang winner nih .”
“Kena karma tar lu, Tha. Lo nanyak pr matik sama ipa aja masih sama Albar.”
“Iye kan itu matik sama ipa. Ini kan BAHASA INGGRIS.” Ujar Athala memberi penekanan pada kata Bahasa Inggris.
”Gak gue kasih jawaban matik, ipa, ips lo, Tha, kalau gue winner kali ini.” Ancam Albar.
”Okay, gue stay confident kalau gue menang lagii!”
“Eh enak aja, gue kali ini yang menang. Punya gue isi lawak-lawaknya juga.” Rey tak mau kalah juga dengan si Raja Bucin ini.
“Udah ah, gue leave aja. Mau pidkolan (video call) sama Nadya aja. Bye.”
“DASAR BUCIN LO!” Ucap Rey dan Albar barengan meledek Athala.
*****
Albar kini tengah merapikan peralatan sembahyangnya dengan rapi setelah ia selesai sembahyang tadi. Kemudian ia memainkan ponselnya sambil rebahan di single bed-nya.
Ia membuka aplikasi pembuat video berdurasi singkat yang sangat hits di kalangan remaja saat ini, tiktok. Ia melihat lihat berbagai macam video yang lewat di berandanya. Berbagai macam video ia tonton disana, sangat tidak membosankan sama sekali.
Ini kontennya perasaan ngebaperin ciwi-ciwi mulu deh, wkwk.
Ih ini kontennya ngelawak terus, menarik-menarik. Follow deh, wkwk.
Wah ini kontennya can relate banget an*ip.
Perasaan ini kontennya belajar mulu, ilmuwan kali ya kakak ini, wkwk.
Ini akun ngereview iph*ne melulu, eh bentar-bentar ada fitur yang baru nih. Update dulu ah, wkwk.
Yang promosiin barang dagangannya juga ada, semoga lancar deh ya kak usahanya.
Wah ini bobrok-bobrok banget kontennya, hahahaha. Seru banget deh kayaknya idupnya.
Eh eh ada yang review skincare, ah pasti mahal-mahal deh. Cakep juga butuh biaya juga ya, wkwk. Pantesan aja aku kentang orang ga ada duit buat beli skincare, heheh.
Fix ini kontennya kena racun review barang orang jadinya ikutan beli deh, hahah.
Lah kok tiba tiba kontennya jadi kayak gini, jadi cowok cakep cakep mulu deh, mana semua pada sok imut lagi. Ah keluar aja ah.
Albar menutup aplikasi tiktoknya, kemudian ia membuka akun instagramnya. Ia masuk ke halaman explore untuk melihat lihat sesuatu yang baru, ah rupanya disani banyak sekali terdapat repost-an video tiktok orang-orang.
Lah, ini kan cowok tadi yang kontennya baperin ciwi-ciwi di tiktok, coba stalk bentar deh.
What, followersnya jutaan lebih dong. Tapi, kok gue gak familiar ya, pasti pendatang baru nih.
Albar menutup aplikasi itu, lalu menaruh ponselnya di atas dadanya. Ia menatap langit langit kamarnya menerawang. Public figure jaman sekarang kok mayoritas cuma modal tampang cakep doang ya? Ucap Albar bertanya sendiri.
Ya iyalah Bar, kan mereka idaman para kaum hawa diluaran sana.
*****
Albar kini menuju ruang makan, untuk makan malam dengan keluarga kecilnya. Disana sudah ada papanya, ibunya, dan adik kandung satu-satunya yang sudah mulai memakan hidangan malam ini.
Albar duduk di bangku samping adiknya, lalu mengambil nasi serta lauknya sendiri. Makan malam ini berlangsung cukup hikmat, hanya adiknya saja yang selalu mengoceh tak karuan tentang kartun kesukaannya di tv.