"Hidup itu gak sempurna, kadang suka, kadang "Hidup itu gak sempurna, kadang suka, kadang duka, silih berganti mengisi hari-hariku"
~~~~~
"Gila lo ya Ver, gue gak nyangka lo bakal ngelakuin hal kayak tadi. Walaupun udah biasa sih bagi seorang Fransiska Verine. Tapi sumpah yang tadi itu parah bets." cerecos seseorang dengan rambut hitam panjangnya yang terurai indah menandakan bahwa rambut itu terawat dengan baik oleh pemiliknya, yang hanya kubalas dengan memutarkan malas kedua bola mataku.
Flashback On
Pagi ini seperti biasanya rutinitasku pergi ke sekolah. Dan sekarang tinggal 5 menit tersisa sebelum bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Aku yang baru saja menginjakkan kaki di parkiran sekolah pun bergegas melangkahkan kedua kakiku menuju ke kelasku yang berada di lantai 2. Setelah memarkirkan mobil merah kesayanganku terlebih dahulu, yang merupakan hadiah ulang tahunku tahun lalu.
Sepanjang koridor yang aku lalui banyak pasang mata menatap ke arahku. Dan aku yakin hampir semuanya, hanya beberapa yang sedang terburu-buru saja yang mengabaikanku. Tentu saja hal ini tidak menggangguku sama sekali. Ya mau bagaimana lagi? Karena ini semua bahkan sudah jadi lauk pendamping nasi putihku setiap hari. Tentu saja nasi putih tidak lengkap tanpa lauk. Dan aku yakin kalian tidak akan sanggup.
Mulai dari para cowok yang menatap kearahku penuh hasrat seakan terpesona, bahkan ada beberapa yang dengan kepercayaan diri yang tinggi menyapaku. Tentu saja sama seperti biasanya aku mengabaikannya. Dengan harapan bahwa mereka akan menyerah, tapi apa bisa buat kalau perjuangan mereka memang sekokoh itu.
Ada juga para cewek mulai dari yang seangkatan denganku hingga juniorku bahkan seniorku yang juga mengarahkan pandangannya yang menusuk kepadaku dengan penuh benci, dan setelah itu mulai bergosip ria. Mungkin sedang membahas tentang aku. Tapi apalagi kalau bukan aku.
Karena baru saja tanpa sengaja aku mendegarkan "Sepatu navy yang dikenakannya kelihatan bagus dan mahal yah."
Kata- kata barusan keluar dari mulut salah seorang cewek yang sepantaran denganku yang dibalas anggukan oleh temannya yang sekarang sedang menatap ke bawah ke arah sepatu biru gelapku. Tapi toh, tetap saja aku enggak peduli mungkin mereka iri kepadaku. Karena ada peribahasa orang iri tanda tak mampu. Jadi buat apa dipikirkan.
"Baiklah" gumamku menganggukkan kepala kembali memantapkan lajuku ke kelasku tanpa menghiraukan mereka.
"Ver, tunggu."
Aku pun melanjutkan perjalananku menuju kelas yang hari ini rasanya dipenuhi dengan berbagai rintangan tanpa peduli ada yang memanggil namaku. Sebelum akhirnya refleks menoleh ke arah datangnya suara yang tadi memanggil namaku setelah panggilan keduanya dilontarkan.
Didepanku aku disuguhkan dengan berdiri sosok cowok dengan badan tegap tinggi dengan rambut cepak dan kacamata tebalnya yang kurasa sudah usang.
Bukan berarti dia tidak mampu membelinya, bahkan dia bisa membeli beribu-ribu bahkan berjuta-juta bahkan lebih, mengingat ayahnya yang memiliki usaha yang perusahaannya bahkan sudah sampai mancanegara.
Alasannya tetap menggunakan kacamata itu mungkin menyimpan makna tersendiri untuknya. Dan dugaan itu memang benar bahwa kacamata itu menyimpan kenangan. Karena benda itu merupakan kenangan sekaligus benda terakhir yang diberikan oleh ibunya. Sebelum beliau pergi meninggalkan orang yang disayanginya untuk selama-lamanya, setahun yang lalu. Akibat kecelakaan pesawat dalam perjalanan perihal menyusul suaminya yang sedang mengurus bisnisnya di luar negeri.
Sebelumnya ia sudah mendapat mimpi bahwa ibunya akan meninggalkannya, kalau saja ia tahu hal itu ia tidak akan mengijinkan ibunya untuk tetap kekeh ingin berangkat. Siapa lagi kalau bukan Rando Agatha Alexious.
"Ver"
"Tunggu"