Sincerity

Sindiaasari
Chapter #6

Lima

Suasana kelas Raka memanas sejak setengah jam yang lalu. Bagaimana tidak bila di depan sana berdiri seorang guru bertubuh gempal dengan wajah garangnya.

"Tidak ada yang mau mengaku!?" Wanita itu kembali berteriak disela keheningan yang tercipta.

Seluruh murid perempuan sudah menunduk ketakutan. Sebagian yang laki-laki bahkan berbisik mencari tahu siapa dalangnya.

Kemarahan guru itu dimulai ketika beliau menyadari ada cicak mati yang disimpan di tumpukan buku tugas. Tidak hanya satu tapi ada tiga ekor.

"Kalau benar-benar tidak ada yang mengaku, baik, saya akan menghukum kalian semua! Atau saya bisa bilang pada kepala sekolah karena ketidaksopanan kalian pada guru."

Guru perempuan berbadan gempal itu sudah membereskan modul-modul miliknya untuk dibawa keluar kelas. Sampai pada akhirnya, ada Stella si ketua kelas yang mencoba menahan dan memberi pengertian.

Siswa lainnya kembali berbisik berusaha membuat si pelaku mengaku atau jika tidak kelas merekalah yang akan terkena imbasnya. Cap kelas jelek, nakal, dan buruk pasti akan tertanam bila masalah ini sampai pada kepala sekolah.

Stella kembali ke bangku setelah akhirnya bisa membujuk guru perempuan itu.

"Baik, karena saya masih mempunyai hati untuk tidak membuat kelas kalian tercap sebagai kelas nakal di telinga kepala sekolah, saya akan memberi toleransi." Ucap guru itu sambil terus menatap tajam pada keseluruhan siswa di kelas. "Tutup mata kalian semua!"

Seluruh siswa di kelas itu masih belum menuruti. Justru mereka malah saling berbisik guna meminta penjelasan pada Stella.

"Tutup!"

Sontak semuanya pun menutup mata. Tentu masih dengan perasaan was-was yang tak terkendali.

"Siapa diantara kalian yang sudah memberikan kejutan menjijikan pada saya? Ayo mengaku! Mata teman-teman kamu sudah tertutup, jadi tidak ada salahnya untuk mengaku bukan?"

Keheningan kembali tercipta. Bahkan diantara ketiga puluh dua siswa itu belum ada yang mau mengakui. Guru perempuan itu menghela napas kasar. Tidak habis pikir dengan kelakuan siswanya yang berani mengerjai guru dengan tidak sopannya.

"Masih tidak ada yang mau mengaku?! Sekarang saya balik. Siapa disini yang tidak tahu-menahu mengenai kejadian ini? Angkat tangan."

Awalnya seisi kelas masih belum menunjukkan reaksi. Bukankah bila memang benar jika tidak mengetahui langsung saja mengangkat tangan? Mudah kan?

"Masih tidak ada yang memberi respon?"

Perlahan satu persatu siswa mengangkat tangannya. Setelah dihitung ternyata baru menunjukkan tiga puluh satu yang mengangkat. Guru perempuan itu pun masih menunggu satu anak yang ternyata belum juga mengangkat tangan.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya beliau tau siapa dalang dari semua ini. "Turunkan tangan kalian. Saya sudah mengetahui siapa dalang dibalik kejutan itu. Kalian boleh buka mata."

Lihat selengkapnya