Calla berjalan mondar-mandir di kamarnya. Perempuan itu tengah bimbang kali ini. "Gimana ya, ngomong-enggak-ngomong-enggak?"
Mulai pening sendiri, Calla menjatuhkan diri ke kasur. Mulai menghayal ketika dia bilang dan ketika enggak. Mengingat bagaimana Raka mengenai keposesifannya yang kadang berlebihan, membuat Calla merinding. Pulang naik angkot aja nggak boleh, gimana diijinin boncengan sama teman laki-lakinya?
"Nggak papa deh enggak bilang, nanti dia malah ngotot nganterin lagi."
***
Priscanara Calla
Yaudah, boleh.
***
Usai membalas pesan itu, Calla kemudian menuju kamar mandi. Melakukan rutinitas paginya untuk mengawali hari ini.
Tok-tok-tok.
"Cal, ini ada temen kamu nyariin."
"Iya ma, bentar."
Lima belas menit kemudian, Calla keluar dari kamar. Menuju ruang tamu yang disana sudah ada temannya.
"Bim,"
Abim menoleh. "Eh, udah Cal?"
Calla mengangguk. Kemudian keduanya berpamitan untuk pergi.
Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk Calla dan Abim sampai di tempat tujuan. Memang, mereka berdua kedapatan satu kelompok untuk tugas seni budaya kali ini. Dan pilihan mereka jatuh pada pengeskplorasian Museum Affandi.
Museum ini memang tidak terlalu terkenal layaknya Vredrburg di Jogja. Namun bagi para pengabdi seni terutama lukis, sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Letaknya yang berada di tengah kota, membuat museum ini tak pernah sepi pengunjung. Tapi jujur, Calla baru pertama kali. Sampai-sampai perempuan itu begitu antusias ketika masuk.
Berbagai deretan lukisan yang dipajang sepanjang jalan yang ia langkahi membuat Calla terkagum-kagum. Jujur, selama ini Calla tidak terlalu antusias dengan lukisan. Tetapi ketika masuk kesini, semuanya berubah. Yah, walaupun sebenarnya Calla tidak tahu menahu mengenai artinya, tapi memandang pun sudah cukup bila memanjakan.
"Lo keliatan seneng banget."
Calla menoleh, tersenyum lebar ke arah Abim yang berjalan tepat di sebelahnya. "Aku baru pertama kali loh, Bim. Aku pikir bakalan bosen karena cuma ngeliat lukisan, tapi ternyata--" senyum Calla makin lebar dibuatnya. Perempuan itu sengaja tidak meneruskan kalimatnya, biar saja menggantung karena ia pun tidak tau untuk menggambarkan.
"Yah, gue juga ngerasa gitu sih. Rasanya tuh kaya kita ada di dunia lain gitu, hahaha."