Arsena Rakasatya, laki-laki itu kembali melamun di kamarnya. Tak ada balkon seperti rumah-rumah pada umumnya, dia lebih banyak menghabiskan waktu melamun di dekat jendela. Ia buka separuh agar udara luar menggantikan sesak di kamarnya.
Walau jarum jam sekarang sudah berada di angka sebelas, laki-laki itu tak terusik. Pikirannya melayang. Menerawang jauh ke dunia luar. Tidak ada bintang, mendung menggelap membayangi langit malam.
Raka kembali mendesah frustasi. Sekelebat bayangan ketika dirinya membentak Calla terputar jelas. Kaset rusak itu terus tersendat di pikirannya. Tak dapat dipungkiri, dadanya kembali naik turun.
Bodoh!
Tidak seharusnya ia melakukan pelampiasan itu pada Calla. Pelampiasan? Apa ini!?
Tadi, Callanya ketakutan. Callanya menangis. Dan itu semua gara-gara kebodohannya karena tiba-tiba diserang amarah.
Rasa marah itu tiba-tiba menyeruak ketika mendapati Calla yang tengah berbincang dengan Abim--laki-laki yang kemarin pergi bersama kekasihnya. Dan Raka baru saja mengetahui satu fakta yang disembunyikan Calla.
Calla bilang, Raka tidak mengantarnya karena dirinya tengah sibuk dan tak bisa mengantar lalu menemaninya. Omong kosong dari mana itu? Calla saja tidak bilang apapun pada dirinya.
Raka sempat diliputi emosi. Laki-laki delapan belas tahun itu tidak suka dengan kebohongan.
Sampai pada akhirnya emosi Raka tidak terkendali. Tak sadar, ia mencengkram tangan Calla dengan kuat. Juga omongan kasar yang muncul dari mulutnya meluncur begitu saja karena Calla yang awalnya tak mau menjawab dan memilih diam. Ditambah lagi kemarin Calla bilang kalau perempuan itu tak enak ketika harus menyeret Raka dalam lingkup tugasnya.
Tapi sekarang, rasa bersalah Raka muncul begitu dalam. Raka bodoh telah menyakiti kekasihnya dengan hanya berlandaskan kebohongan kecil.
Selepas mengantar Calla tadi, Raka pergi mengendarai motornya tanpa arah. Memutar berkeliling kota tanpa tujuan. Pikirannya melayang tertuju ke dirinya sendiri yang berakhir pada pelampiasan tak mengenakkan.
Beberapa kali Raka juga terkena umpatan pengendara lain karena ketidakfokusannya saat berkendara. Ia bahkan hampir menabrak pejalan kaki yang tengah menyebrang. Walaupun sempat ditegur tetapi Raka tetap mengulanginya. Ia terus berkeliling guna melelahkan diri.
Raka baru berhenti ketika tiba-tiba motor yang dikendarainya perlahan berhenti. Saat itu Raka mendesah kesal. Setelah dicek ternyata kehabisan bahan bakar. Argh! Raka belum lelah.
Dengan terpaksa, Raka mendorong motor itu guna mencari pom atau sekedar warung yang menjual eceran.