Sincerity

Sindiaasari
Chapter #25

Dua puluh empat

Tubuh Calla bergetar. Laju air matanya tak mau berhenti ketika mendapati sosok didepannya tengah mengacungkan sebilah pisau. Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Calla mendapati kejadian semacam ini. Dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

Ditambah lagi, sosok di depannya itu ialah laki-laki yang sangat dekat dengan dirinya. Laki-laki yang selama ini memberinya kasih sayang tiada tara. Yang pernah bernjanji akan selalu menjadi pelindung menggantikan sosok ayahnya yang telah meninggal setahun silam.

Jadi, kenapa justru dia sekarang semacam ini?

Tubuh Calla yang sudah berhimpit dengan tembok membuat perempuan itu kesulitan untuk lari. Yang ada lali-laki itu malah kian mendekatkan ujung pisaunya ke wajah Calla.

"K-kamu mau a-apa?" Tanya Calla terbata. Perempuan itu takut sekali. Pasalnya jarak wajah dengan ujung pisau itu hanya sebatas ruas jari. Sedangkan sang empunya pemegang pisau berdiri satu langkah tepat di depannya.

Raut miring dengan mata tajam persis ujung pisau yang dia acungkan itu membuat Calla kian merasa ciut. Air matanya mengalir deras. Disusul getaran pada bibirnya yang ingin mengatakan sesuatu tapi seakan tersekat.

"R-raka..."

Menempel sudah pisau itu di pipi Calla. Menggores tepat pada bekas luncuran air mata perempuan itu. Sakitnya kian bertambah.

Dengan tenaga yang tidak ada apa-apanya, Calla berusaha menahan tangan Raka. Sedangkan matanya menatap kecewa pada laki-laki yang sangat ia cintai itu.

Tatapan penuh kekecewaan itu nyatanya tidak mampu membuat Raka melepaskan goresannya. Yang ada Raka kian tersenyum miring.

"Sakit?"

Calla membuang muka. Tetapi aksi itu justru menambah luka baru di wajahnya. Goresan itu kian menjadi panjang karena Raka tak sedikitpun melepaskan pisaunya.

Sembari menahan rasa sakit, Calla yang entah mendapat kekuatan dari mana berhasil mendorong Raka jauh.

"Jadi ini kelakuan asli kamu?"

Raka tertawa kencang. Senang melihat Calla mampu menunjukkan reaksi.

"Psikopat kamu!"

Raut Raka langsung berubah datar. Tawanya yang tadi besar sekarang bungkam dengan sepi menyelimuti.

"Sini aku tunjukkin cara psikopat bekerja."

Raka dengan cepat langsung berjalan mendekati Calla. 

Hah-hah!

Calla bangun dari tidurnya. Keringat sebesar biji jagung berkumpul di semua bagian wajahnya. 

Mimpi.

Lihat selengkapnya